Kamis, 08 Mei 2008

Melirik Penataan dan Kebersihan Kota Bontang, Kaltim (3)

Dana dan Alat Tak Berarti Tanpa Perubahan Sikap

Banyak hal dapat ditiru Kota Pontianak dari pengelolaan dan manajemen kebersihan di Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim). Meskipun bukan perkara mudah, namun jika ada komitmen bersama masyarakat maka akan tercapai.
Hal terpenting yang harus digalakkan adalah kesadaran individu untuk menjaga kebersihan lingkungannya masing-masing. Tekad inilah yang menjadi kekuatan pokok Pemkot untuk menjadikan Bontang sebagai kota yang bersih dan nyaman.
Ketika rombongan Telkomsel bersama perwakilan wartawan se-Kalimantan berkunjung ke Kota Bontang, pekan lalu dalam kegiatan Open Drive Test Telkomsel, terkesima melihat kondisi lingkungan Kota Bontang.
Sebelum ke hotel, rombongan terlebih dahulu diajak berkeliling kota oleh kepala rombongan dari Telkomsel. Di sana bisa dilihat jelas pemandangan kota yang bersih dan indah. Penataan kotanya sangat rapi, rumput dan tanaman terlihat asri berjajar di sepanjang jalan. “Itu hasil kreativitas masyarakat dan pemerintah setempat,” kata Agus Kencana, salah seorang presenter khusus Telkomsel.
Menurutnya, untuk menjadikan kota bersih, walikota memberikan bantuan kepada masyarakat setempat. Untuk penataan kebersihan, Pemkot Bontang selalu melibatkan ibu-ibu PKK, dan siswa sekolah. Bagi sekolah, walikota menetapkan kebijakan khusus mengenai bantuan uang sebesar Rp 200 ribu per kelas dan 5 juta per sekolah untuk menciptakan suasana belajar yang kreatif. Uang itu digunakan untuk mendekorasi ruang kelas sesuai kebutuhan siswa.
Berarti, program kebersihan memang ditopang dengan anggaran sebagai salah satu perwujudan sebuah kebijakan yang berujung pada target peningkatan kualitas SDM. Hanya teori? Ternyata tidak, sebab Walikota Bontang benar-benar mengaktualisasikan konsepnya dengan cara praktis, terukur dan bisa diikuti segenap aparaturnya, termasuk tenaga pengajar dan para siswa sekolah serta masyarakat.
Selain itu, Walikota Bontang dr HA Sofyan Hasdam SpS, menekankan pada seluruh jajaran aparatur dan masyarakat Kota Bontang, bahwa kreativitas dalam segala bidang—termasuk kebersihan lingkungan, jalan dan pekarangan—merupakan suasana yang diidamkan dan keleluasaan mengekspresikan diri sebagai masyarakat.
Sofyan secara lantang mengatakan dirinya akan mempersiapkan Kota Bontang memiliki SDM yang siap mendukung daerah kawasan perikanan, selain penataan kota dan masalah kebersihan.
“Suatu saat, industri berbasis gas di Kaltim akan habis, kita harus antisipasi hal ini dengan mempersiapkan potensi lain sehingga bila sumber daya alam tidak terbarukan ini habis, Bontang sudah memiliki kekuatan lain,” ujar Softan.
Salah satunya, kata dia, adalah perikanan. Bontang memiliki luas laut yang lebih besar daripada daratan. Karena itu sedang disiapkan SDM yang memadai dalam pengelolaan perikanan tangkap dan perikanan budi daya.
Kebijakan yang bersumber dari ide-ide cerdas seolah mengalir tanpa henti dari sosok Sofyan Hasdam. Pemimpin ini berpandangan, peningkatan kualitas SDM dan kebersihan tidak hanya melalui pendidikan, dan penyuluhan kebersihan. Tetapi, tidak kalah pentingnya adalah budaya hidup.
“Coba kita lihat, dulu pasar-pasar begitu kumuh. Sampah teronggok di mana-mana. Biarpun pemerintah kota dibekali dengan truk-truk sampah modern dan tenaga yang lebih banyak, kita tidak akan mampu menangani kebersihan pasar-pasar itu. Maka kita perlu mengubah sudut pandang kita sendiri,” papar Sofyan.
Masalah sampah adalah masalah kedisiplinan. Kedisiplinan dari para pelaku di pasar itulah yang menyebabkan pasar menjadi kumuh. Karena itu, kita tidak perlu menambah armada kebersihan, kita hanya perlu menciptakan disiplin mengelola sampah.
Sofyan Hasdam yang mengawali debut kariernya sebagai dokter di sebuah Puskesmas di Lospalos, Timor Timur itu mengaplikasikan ilmu kesehatan dalam pengelolaan kawasan sebagai bagian dari tugasnya, sebagai Walikota Bontang. Soal latar belakang disiplin ilmu ini, sepintas tak ada bedanya dengan Walikota Pontianak yang juga seorang dokter.
Sofyan tidak pernah melewatkan tugas-tugas untuk memberikan penyuluhan langsung pada masyarakat untuk menyadarkan bagaimana pentingnya lingkungan sehat. Lingkungan yang sehat diperoleh dengan budaya disiplin.
“Saya selalu mengajak masyarakat untuk terbiasa menghargai orang lain. Dengan membuang sampah sembarangan, itu berarti tidak menghargai orang lain. Kalau setiap orang membuang sampah di sembarang tempat, artinya orang-orang sudah tidak saling menghargai. Artinya tidak ada kesetiakawanan sosial,” ucap Sofyan. (kholil yahya/bersambung)

Tidak ada komentar: