Minggu, 30 Desember 2007

Adegan Perkosaan

Direkam Kamera HP
*Berdurasi 1 Menit 21 Detik

Pontianak, Equator
Tak puas merenggut kegadisan Bunga, 14, pelaku pemerkosaan, Kecot, juga merekam adegan perkosaannya itu. Mirisnya, Kecot mengaku itu semua dilakukannya karena iseng.
Entah apa yang dipikirkan oleh pria beristri yang sudah dikaruniai satu anak ini. Bahkan, jerit kesakitan Bunga terdengar jelas dari rekaman video kamera HP miliknya.
Durasi rekaman berlangsung 1 menit 21 detik. Dalam rekaman tersebut tergambar jelas raut wajah kesakitan Bunga saat direkam. Suara rintihan juga terdengar jelas. Namun Kecot tetap saja menggoyang Bunga tanpa belas kasihan.
Dalam adegan tersebut juga Bunga secara berkali-kali merintih kesakitan. Berdasarkan hasil rekaman tersebut Kecot seakan sudah terbiasa dengan posisi Bunga di bawahnya. Dari hasil rekamannya, Kecot menyuting seluruh anggota tubuh Bunga. Kepada petugas Kecot mengaku itu dilakukannya lantaran iseng.
Benteng keperawanan Bunga baru jebol, setelah empat kali Kecot melakukan penetrasi. Akibatnya, Bunga mengalami pendarahan. Bahkan saat dilakukan Visum, Bunga sempat shock.
“Menurut keterangan sementara dari pelaku, rekaman itu hanya untuk kenangannya sendiri,” jelas Kapolsekta Pontianak Selatan, AKP Slamet Nanang Widodo S Ik kepada wartawan.
Dari tangan Kecot petugas berhasil mengamankan satu unit HP yang berisikan adegan perkosaan. Selain itu pakaian Bunga berupa bra, kaus dan celana dalam yang masih berlumuran darah juga disita sebagai barang bukti.
Pria kelahiran Desa Sanenrejo, Kelurahan Tempurejo, Kabupaten Jember itu kendati mengaku memperkosa Bunga, tapi dia membantah mengancam dengan senjata tajam. “Saya hanya mengancam dengan kata-kata saja,” aku Kecot. (lil)

Perkosaan

ABG Diperkosa Ayah Anak Satu

Pontianak, Equator
Teriakan Bunga meminta pertolongan seketika menghentikan aksi bejat Kecot, 35, yang memperkosanya. Sebaliknya, warga yang mengetahui pemerkosaan tersebut spontan menghadiahkan pukulan bertubi-tubi kepada Kecot. Itupun setelah Kecot sukses dibekuk dalam dua jam pencarian di lokasi kejadian.
Praktis, pria bertato tersebut tak berkutik. Sampailah warga mengganjar Kecot dan menyerahkannya ke Polsekta Pontianak Selatan untuk diproses.
Semua berawal ketika pria asal Jember, Jawa Timur tersebut, bertemu Bunga di jalan. Sebelumnya, anak buah kapal (ABK, red) ikan ini mengendarai sepeda motor tanpa tujuan. Nah, begitu bertemu Bunga, niat bulus Kecot pun timbul. Kepada Bunga, Kecot pun bertanya. “Mau ke mana dek,” kata Kecot yang merupakan warga Batam ini. Tanpa curiga, Bunga menjawab hendak pergi ke Kota Baru.
Perbincangan terus berlanjut. Melihat tubuh Bunga, nafsu Kecot naik ke ubun-ubun. Kecot pun menyusun siasat. “Saya mau ke rumah saudara. Namun saya tidak tahu arah kota baru. Adik tahu tidak arah Kota Baru. Mau tidak antar Om ke sana,” kata Kecot.
Bunga yang polos manut saja. Bunga ia bonceng di motornya. Celakanya, Kecot semakin bernafsu ketika payudara Bunga menyentuh tubuhnya. Begitu melintas di Jalan Purnama, Jumat (28/12) sekitar pukul 14.00, tepatnya di Kompleks Harapan Jaya, Kecot pun beraksi.
Bunga diseretnya ke semak belukar. Untuk memudahkan melampiaskan nafsunya, Kecot pun mengancam Bunga. Kapolsekta Pontianak Selatan, AKP Slamet Nanang Widodo SIk membenarkan kasus tersebut. Dan pihaknya telah mengamankan tersangka.
“Sebelumnya korban dibonceng oleh tersangka ke arah Jalan Purna Dalam,” terang Slamet.
Di perjalanan, Kecot tiba-tiba menghentikan kuda besinya dan menyuruh Bunga duduk di depan. Nah, saat itulah Kecot mengajak Bunga untuk berhubungan badan. Bunga menolak. Penolakan Bunga dibalas Kecot dengan pengancaman.
“Pelaku mengancam akan membunuh korban jika tidak melayani. Namun dalam pengancaman tersebut pelaku tidak menggunakan senjata tajam (sajam),” jelas Nanang.
Pada saat bersamaan Kecot menarik Bunga ke semak-semak tak jauh dari kendaraannya di parkir. “Pada saat itulah pelaku dengan leluasa memperkosa korban,” ujarnya.
Teriakan korban didengar warga sekitar yang lantas memberikan pertolongan. Lokasi kejadian dikepung untuk memburu Kecot. Pengejaran hingga memakan waktu sekitar dua jam.
“Namun pelaku yang kebetulan tidak hapal lokasi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia akhirnya tertangkap di Kompleks Purna Agung,” cerita Kapolsekta panjang lebar.
Beruntung saat kejadian tersebut ada anggota Koramil yang turut mengamankan pelaku. Jika tidak mungkin saja Kecot tewas di tempat. Sementara warga yang lainnya melampiaskan amarahnya ke kendaraan yang digunakan Kecot. Sedangkan Bunga langsung melapor ke Polsekta Pontianak Selatan. (lil)

Rabu, 26 Desember 2007

Penghargaan

Penerima Penghargaan

1. AKP Pungky Bhuana Santoso SH SIk (Kapolsekta)
2. IPDA Kiki Firmansyah (Kanit Reskrim)
3. AIPU Susilo Handayani (Anggota Reskrim)
4. AIPTU Prawoto (Anggota Reskrim)
5. Bripka G Sumarno Wisman (Anggota Reskrim)
6. Brigadir Wiji Siswanto (Anggota Reskrim)
7. Bripda Endang Sumarna (Anggota Reskrim)
8. Bripda Endang Sukarna (Anggota Reskrim)
9. AIPTU Elisa Panjaitan (Anggota Reskrim)
10. Brigadir Pujo Winarko (Anggota Reskrim)
11. Brigadir Dwi Budiman (Anggota Reskrim)
12. Briptu Hamsah Noor (Anggota Reskrim)
13. Bripda Salman Alfarisi. (Anggota Reskrim)


*Gelar Pertemuan Lintas Etnis
13 Personel Polsekta Pontura Terima Penghargaan
Pontianak, Equator
Sebanyak 13 anggota Polsekta Pontianak Utara, Jumat (21/12) sekitar pukul 20.00 mendapat penghargaan dari anggota DPRD Kota Pontianak, M. Fauzie Kholilulah SSos. Penghargaan tersebut diberikan Fauzie pada acara silaturahmi tatap muka antara kepolisian, Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Pontianak Utara dengan tokoh agama, masyarakat dan pemuda se-Pontianak Utara.
Acara yang digagas oleh Fauzie tersebut berlangsung di Surau Raudhatus Sa’adah di Kelurahan Siantan Tengah tersebut dihadiri Kapolsekta Pontianak Utara, AKP Pungky Bhuana Santoso SH SIk, Ketua FKPM, H Syafrudin Ibrahim sekaligus mewakili tokoh Melayu, Ketua Pemuda Pancasila (PP), Amirudin FAD, tokoh Tionghoa yang diwakili oleh Ateng Tanjaya sementara dari tokoh Madura diwakili Ahmad Munawir SH.
Dalam kesempatan tersebut Fauzie mengatakan, pihaknya sebagai salahsatu dari anggota masyarakat di Pontianak Utara mengucapkan terima kasih kepada kinerja kepolisian yang selama ini telah mengungkap beberapa kasus.
Karenanya Fauzie juga menegaskan, selaku anggota DPRD Kota Pontianak yang terpilih dari daerah pemilihan (dapil) Pontianak Utara merasa bangga dan patut memberikan penghargaan kepada kinerja kepolisian. “Saya pikir ini adalah langkah maju yang patut kita lakukan agar kepolisian yang selama ini dikenal jauh dari masyarakat tidak selamanya seperti itu. Dan masalah penghargaan tersebut saya berikan kepada anggota termasuk kapolsek ini tak lain atas terungkapnya kasus-kasus besar yang selama ini terjadi di wilayah Pontianak Utara,” jelas Fauzie.
Fauzie juga menegaskan, pertemuan tatap muka lintas etnis seperti saat ini akan terus berlanjut. “Ini kali pertama yang ada di Pontianak Utara dan kita akan menindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan yang lain,” ujar dia sembari mengatakan pertemuan tersebut juga dalam rangka reses dirinya sebagai anggota dewan.
Dimintai komentarnya, Kapolsekta Pontianak Utara, AKP Pungky Bhuana Satoso SH SIk mengaku sangat bangga atas dukungan moral yang terus datang dari masyarakat. Belum lagi masalah penghargaan yang diberikan salah seorang anggota DPRD. “Jujur saya belum pernah menerima penghargaan dari masyarakat,” ucapnya.
Pungky menilai penghargaan yang diberikan akan dijadikan pihak kepolisian sebagai langkah baru dan mengungkap kasus-kasus yang selama ini masih belum terungkap. “Mudah-mudahan penghargaan ini akan menjadi suatu motivasi bagi kinerja kepolisian,” harapnya.
Hal senada juga dikatakan ketua FKPM Pontianak Utara, H Syafrudin Ibrahim. Pihaknya sangat mendukung kegiatan ini. Dia yang juga tokoh dari etnis Melayu ini menyambut positif. Ia juga berjanji akan menindaklanjuti pertemuan ini dengan pertemuan lainnya. “Yang jelas pertemuan ini sangat positif,” jelasnya.
Sementara dari kalangan etnis Madura yang sekaligus sebagai tuan rumah berjanji akan menindaklanjuti pertemuan-pertemuan selanjutnya. “Kita siap mengadakan kegiatan seperti ini lagi,” ucap Ahmad Munawir SH tokoh dari kalangan Madura.
Dukungan dan sambutan positif juga disampaikan kalangan Tionghoa. Dia menilai pertemuan seperti ini patut dijaga dan dilestarikan. “Ini pertemuan yang sangat jarang terjadi, mesti kita pelihara. Apalagi ini merupakan upaya dari semua etnis, agar khususnya di Pontianak Utara tercipta Kamtibmas,” jelas Ateng Tanjaya.
Sementara 13 anggota polisi yang mendapatkan penghargaan yakni AKP Pungky Bhuana Santoso SH SIk, IPDA Kiki Firmansyah, AIPU Susilo Handayani, AIPTU Prawoto, Bripka G Sumarno Wisman, Brigadir Wiji Siswanto, Bripda Endang Sumarna, Bripda Endang Sukarna, AIPTU Elisa Panjaitan, Brigadir Pujo Winarko, Brigadir Dwi Budiman, Briptu Hamsah Noor, dan Bripda Salman Alfarisi.(lil)

Proyek NUSSP

Proyek NUSSP Siantan Tengah Bermasalah
* Pengerjaan Tak Sesuai Bestek
Proyek yang digulirkan menggunakan dana Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) ke setiap kelurahan menuai banyak masalah. Jika sebelumnya proyek menggunakan dana NUSSP menuai protes dari warga di Kelurahan Tambelan Sampit, Pontianak Timur, kali ini protes serupa disampaikan Ketua RT 02 RW 9 Abdul Hendi.
Hendi dan puluhan warganya tak menyangka, pengerjaan proyek oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang ditunjuk sebagai pelaksana, jauh dari bestek dan hasil keputusan rapat. Dia juga mempertanyakan tentang barau di bagian bibir jalan yang persis berada di atas parit. “Dalam bestek sangat jelas kalau di bibir jalan itu ada dibuatkan batu kali yang diperuntukkan sebagai penahan badan jalan agar tidak hancur dan jatuh ke parit tersebut,” kata Hendi didampingi warganya Muki, Apin, Naukri, Nabidin, dan Hamid.
Selain barau atau batu kali yang seharusnya dibuatkan di bibir jalan, dia juga menyayangkan langkah pengerjaan yang dinilai kurang baik. “Bayangkan saja pihak pengawas proyek yang seharusnya bertindak sebagai pengawas sama sekali tidak ada ke lapangan,” sesal Hendi dibenarkan warganya. Meskipun dalam pengerjaan proyek warganya tidak dilibatkan sesuai dengan hasil rapat di tingkat kelurahan dia sama sekali tak marah. “Yang penting pembangunannya bagus. Saya selaku RT dianggap warga telah menerima uang dari proyek ini, dan saya terus terang diteror oleh warga saya sendiri. Hari ini kepada rekan-rekan wartawan saya mohon hal ini dicatat, kalau saya tidak pernah menerima uang dari proyek ini seperti yang disangkakan masyarakat kepada saya,” tegasnya panjang lebar.
Ia mengaku kalau sebelum pengerjaan jalan tersebut pihaknya memang beberapa kali diundang kelurahan untuk rapat. “Waktu beberapa kali memang ada rapat yang menghadirkan PU, Konsultan, NUSSP dan BKM, namun tak satu pun yang diambil dan disetujui dalam rapat dikerjakan,” jelasnya.
Bahkan kata Hendi, dirinya pernah menanyakan kepada Lurah Siantan Tengah, tentang keterlibatannya di proyek tersebut. “Namun Pak Lurah waktu itu menjawab tidak tahu-menahu tentang proyek NUSSP ini,” aku Hendi polos dan mengancam akan membawa persoalan itu ke DPRD. (lil)

Banjir

Air Pasang Hantam Puluhan Rumah
Pontianak, Equator
Banjir musiman yang diakibatkan pasang laut kembali menggenangi rumah-rumah penduduk di pinggiran sungai. Tiga hari belakangan, puluhan rumah di wilayah Pontianak Utara digenangi air.
Selasa (25/12) kemarin, warga Jalan SMA 5 Siantan harap-harap cemas. Pasalnya, air pasang dengan tiba-tiba menggenangi kediaman warga. “Kami awalnya tak percaya kalau air akan datang secara tiba-tiba, karena air pasang kali ini berbeda dengan air pasang sebelumnya,” kata Eva ibu rumah tangga sambil mengemaskan barang-barang miliknya subuh itu. Air pasang yang masuk ke dalam rumah mengejutkan warga, apalagi suara panik warga menambah suasana mencekam. “Saya baru terbangun setelah tetangga sebelah rumah saya ribut,” ujarnya.
Dalam situasi seperti itu, Eva melihat air menggenangi lantai rumahnya. “Begitu saya bangun semuanya sudah terendam air, termasuk karpet dan kasur yang ada di ruang keluarga,” ucapnya.
Keluarga Agus Salim lain lagi. Ia memang sudah menduga terjangan air pasang akan datang saat subuh hari. Karena itu sudah terlebih dahulu mengemaskan barang-barang miliknya. “Banjir yang diakibatkan air pasang antara bulan November dan Desember jadi selama bulan ini kami memang sudah mengantisipasi,” jelasnya.
Sementara puluhan warga lainnya juga tampak mengemaskan barang-barang perabot rumah tangga mereka. Sementara ketinggian air diperkirakan mencapai ketinggian setengah meter.
Namun akibat genangan air pasang itu tidak ada korban jiwa. Warga sekitar berharap kepada Pemkot agar banjir musiman ini bisa dicarikan jalan keluar, sehingga banjir serupa tidak kembali terjadi. (lil)

Jumat, 14 Desember 2007

Masih Persoalan Jalan

Pembangunan Jalan Tritura Libatkan Warga
Pontianak, Equator

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Tanjung Hilir, Pontianak Timur, Samidin, Kamis (13/12) siang kemarin menegaskan, organisasinya sudah mensosialisasikan pengerjaan proyek pembangunan Jalan Tritura. LPM juga melibatkan warga sekitar dalam pengerjaan proyek tersebut.
“Hanya saja karena sistemnya rolling maka kami sebagai bagian dari masyarakat tak bisa berbuat apa-apa. Seiring dengan pekerjaan yang semakin memasuki jalan raya tersebut akan melibatkan masyarakat yang bermukim di bagian itu. Sementara masyarakat yang di belakang tadi sudah kita berhentikan karena wilayahnya sudah selesai dikerjakan,” jelas Samidin panjang lebar.
Meskipun dirinya tak memiliki kepentingan apa pun dalam proyek itu, ia mengajak segenap masyarakat mengawasi pengerjaan proyek yang sedang berjalan. “Mari kita awasi bersama. Jika ada persoalan segera laporkan ke pihak RT setempat agar dia yang kemudian yang menyampaikan kepada kontraktor,” ajaknya.
Proyek Jalan Tritura tersebut diakui Samidin sudah lima kali dikerjakan hanya saja sempat terhenti. Hal ini dimungkinkan karena sumber pendanaan yang kurang memadai. “Sebenarnya proyek ini proyek bersambung setidaknya sudah lima kali dikerjakan dengan kontraktor yang berbeda,” tukasnya.
Ia tidak menafikan kalau saat ini dirinya bersama pengurus yang lain hanya memberi tahu kepada tokoh masyarakat dan agama. “Karena ini untuk pembangunan dan kebaikan kami bersama, dulu kami mensosialisasikan kepada masyarakat. Namun kali ini kami hanya kepada tokoh dan sesepuh yang ada di sini,” katanya.
Disinggung masalah gorong-gorong yang selama ini diminta masyarakat, lagi-lagi dirinya atas nama LPM sudah menyampaikan keluhan masyarakat tersebut kepada pihak pelaksana. Namun hingga saat ini kata Samidin pihak pelaksana belum menyanggupi. “Kami sudah menyampaikan keluhan ini kepada pihak pelaksana,” jelasnya.
Baik Samidin maupun pengurus LPM yang lain menghendaki kalau pekerjaan yang sebentar lagi akan selesai itu bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar selaku masyarakat yang langsung menikmati. “Mudah-mudahan dengan adanya pembangunan ini mampu memberikan kenyamanan bagi kita selaku masyarakat,” harapnya. (lil)

Proyek Jalan

Pembangunan Jalan Tritura Mesti Transparan
Pontianak, Equator

Pelaksanaan lanjutan proyek pembangunan Jalan Tritura, Pontianak Timur diharapkan jangan sampai menimbulkan masalah. Baik bagi kontraktor selaku pelaksana maupun masyarakat sebagai warga yang ikut mengawasi.
Ketua RW 1 Kelurahan Tanjung Hilir, Pontianak Timur Daeng Arsyad di kediamannya, Rabu (12/12) pagi kemarin mengatakan, selain dampak dari pengerjaan proyek itu pihaknya juga menginginkan agar dalam pekerjaan itu tidak menimbulkan masalah seperti proyek-proyek lainnya. Pihaknya selaku sesepuh masyarakat menginginkan kepada pihak pelaksana untuk memasang plang proyek yang dianggap penting. “Jangan sampai pembangunan jalan yang selama ini kita idam-idamkan justru menimbulkan masalah,” ujarnya Daeng didampingi dua tokoh masyarakat Abdul Madjid dan Munijar.
Daeng menginginkan agar dalam pelaksanaan proyek yang mulai berjalan itu ikut melibatkan masyarakat setempat. “Jangan sampai masyarakat setempat tidak dilibatkan, kalau ini terjadi biasanya akan menimbulkan masalah,” katanya. Dia sendiri beserta tokoh masyarakat yang lain pada dasarnya sangat mendukung dengan proyek lanjutan Jalan Tritura tersebut. Hanya saja hingga saat ini, pihaknya belum ada dihubungi pihak pelaksana.
“Biasanya yang tahu persis tentang masalah di lapangan adalah masyarakat, seharusnya akan lebih baik jika arus kerja sama antara masyarakat dan pihak pelaksana dibangun,” ujarnya.
Sementara, tokoh masyarakat setempat, Abdul Madjid menginginkan pihak pelaksana menggunakan jalur komunikasi. Hal ini biasanya akan membantu pelaksana di lapangan.
Ia juga berharap jangan sampai pekerjaan jalan tersebut terkesan pemborosan anggaran atau tidak tepat sasaran. “Karena di bagian tepi sepanjang jalan ini yang saya tahu perlu dibuatkan gorong-gorong untuk menghindari terjadinya banjir,” jelasnya.
Selain kepada masyarakat dia menginginkan agar koordinasi dengan pihak RW terus berjalan. “Karena RW sebagai penguasa wilayah jauh lebih tahu tentang kondisi di lapangan,” kata Madjid. (lil)

Senin, 10 Desember 2007

Pengrusakan

Dua Lokal Gedung SDN 20 Dirusak Massa
*Diduga Persoalan Lahan
Wajok Hilir, Equator
Dua lokal bangunan SDN 20 di Jalan Raya Wajok Hilir, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak yang sekitar 3 bulan baru rampung dikerjakan, Minggu (9/10) sekitar pukul 08.00 dirusak warga. Akibatnya, dua lokal mengalami kerusakan yang sangat parah.
Pada dinding bangunan hanya tinggal semen yang masih bergelantungan pada kawat, sementara pada dek bangunan hancur. Dinding dan kaca berderai. Sementara kondisi kursi dan meja yang ada di dalam kelas tak ada satu pun yang utuh.
Semuanya hancur.
Informasi yang berhasil dihimpun Equator di lapangan menyebutkan, amukan massa itu tak lain disebabkan karena bangunan sekolah yang sudah tidak ramah lingkungan. Selain itu, sekolah tersebut didirikan di tanah wakaf miilik perkumpulan Fardu Kifayah. Tanah tersebut sebelumnya dibeli dari almarhum Muhammad Amin. “Siapa yang tak setuju dengan pembangunan sekolah ini. Kami tahu kalau ini ibadah. Namun jangan sampai pembangunan ini justru menimbulkan masalah,” jelas salahseorang dari kerumunan warga.
Menurut Bendahara perkumpulan Fardu Kifayah, Abdul Murad Wahid, dirinya sangat menyayangkan sikap sekolah yang acuh tak acuh dalam melihat persoalan ini. “Sebenarnya jauh-jauh hari sebelum sekolah ini dibangun kami sudah mencoba membicarakan dengan kepala sekolah. Namun kepala sekolah bilang tidak tahu-menahu,” jelas Murad singkat.
Murad menambahkan, warga juga sudah melarang agar sekolah jangan dibangun dengan model berkeliling. “Kami juga bahkan pernah mendatangi Kadis Pendidikan agar masalah ini cepat diselesaikan. Tetapi waktu itu dia hanya bilang akan segera menyelesaikan,” tegas Murad sembari menegaskan pembangunan sekolah tersebut juga tak pernah disosialisasikan.
Terpisah, salahseorang guru SDN 20, Nuraini mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. “Saya hanya dewan pengajar biasa, layaknya guru-guru yang lain,” ujar guru yang mengampu pelajaran Penjaskes ini.
Lebih lanjut ibu yang sudah beruban ini mengaku, dua lokal bangunan baru itu rencananya akan ditempati awal Januari mendatang yang diperuntukkan siswa Kelas VI A dan B. “Tapi saya tak bisa berbuat apa-apa apalagi sampai mencegah puluhan massa yang merusak,” ujarnya meneteskan air mata. Hingga berita ini diturunkan belum ada konfirmasi dari kepala sekolah SDN 20 Wajok Hilir. (lil)

Pembunuhan & Perkosaan

Abang Perkosa dan Bunuh Adik Ipar
*Mayat Disimpan di Loteng, Ditutupi Kardus
Pontianak, Equator
Suasana haru menyelimuti kediaman Busrah, di Jalan Raya Desa Sungai Nipah, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak tepatnya di Kilometer 23. Sabtu (8/12) pagi kemarin, rumah kecil miliknya dipenuhi pelayat yang menunggu kedatangan jenazah putrinya bernama Sri Mulinda, 8, yang tewas dibunuh abang iparnya sendiri berinisial, Sub, 23.
Tepatnya pukul 11.00 siang kemarin, jenazah Linda—sapaan akrab almarhumah Sri Mulinda tiba di rumah duka, setelah sebelumnya divisum di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar. Jenazah dibawa dengan menggunakan ambulance.
Kedatangan jenazah disambut isak tangis keluarga, kerabat dan tetangganya. Bahkan kakak korban sangat histeris melihat adiknya yang sudah terbujur kaku. Pelayat yang sudah lama menunggu langsung berhamburan masuk melihat kondisi jenazah.
Informasi yang dikumpulkan Equator di lapangan menyebutkan, almarhumah Linda baru duduk di kelas 1 SD. Ia tewas setelah dicekik. Tragisnya lagi, Sub yang masih kakak iparnya tersebut sebelum menghabisi nyawa Linda ternyata terlebih dahulu melakukan perkosaan. “Sungguh keterlaluan, binatang pun tak pernah sekejam ini,” celetuk seorang warga dari kerumunan pelayat.
Istri Sub yang juga kakak kandung Linda, Suryati, 21, ditemui koran ini di RS Polda Kalbar mengatakan, awal kejadian bermula Jumat (7/12) pagi hari. Ia bertengkar dengan suaminya. Karena tidak tahan sering diperlakukan kasar, sekitar pukul 11.00, Suryati memilih keluar dari rumah dan pergi ke rumah RT untuk melaporkan pertengkaran tersebut. Saat Suryati pergi, Linda berada di rumah tersebut bersama Sub.
Usai Salat Jumat, bersama RT dan ayahnya, Suryati kembali ke rumah untuk menyelesaikan persoalan dengan Sub.
Setibanya di rumah, mereka tidak melihat Linda. Ketika ditanya, Sub mengatakan kalau Linda pergi ke rumah temannya. Namun saat itu mereka telah curiga terjadi sesuatu pada Linda.
Setelah mencari ke sana-kemari, Linda tak kunjung ditemui. Akhirnya persoalan tersebut dilaporkan ke polisi. Berbekal informasi awal, polisi melakukan pengembangan. Oleh keluarga juga, Sub terus didesak. Akhirnya sub mengaku kalau adik iparnya telah dibunuh dan disimpan di dek rumah.
Saat itu, polisi bersama keluarga langsung mencari di tempat yang ditunjukkan Sub. Ternyata benar kalau jenazah Linda berada di tempat tersebut. Jenazah berhasil ditemukan pada pukul 20.00 malam.
Menurut Suryati, rumah tangga mereka sudah lama tidak akur. Bahkan mereka telah delapan bulan pisah ranjang alias cerai. Mereka kemudian rujuk kembali. Saat itu Sub mengancam akan bunuh diri dengan meminum racun jika istrinya tidak mau menerimanya kembali. Akhirnya keinginan Sub dikabulkan Suryati.
Namun dalam perjalanannya, Sub masih saja melakukan kekerasan terhadap istrinya sehingga membuat Suryati tidak tahan dan sering lari mengadu kepada orangtuanya yang tinggal tak jauh dari rumah mereka.
Pernah suatu hari Sub ‘menculik’ istrinya dan dibawa ke laut selama empat hari. Saat itu kepergian mereka diantar oleh orang tua. Sub dan Suryati dengan menggunakan kapal motor dan berlayar di laut. Alasan sub saat itu hendak menyelesaikan masalah. Namun setelah selesai, pertengkaran selalu berulang.
Ibu kandung korban, Asnani mengatakan, saat pembunuhan terjadi dirinya lagi di sawah. Selama di sawah dia sama sekali tak merasakan apa-apa, termasuk punya firasat yang kurang baik akan tragedi yang menimpa putrinya tersebut. Namun tak lama di sawah tiba-tiba ada yang menyusulnya dan mengatakan Linda hilang. Mendengar itu, Asnani langsung pulang.
“Kami beserta keluarga yang lain kebingungan mencarinya,” jelasnya yang tampak meratapi kepergian putrinya tersebut. Tak kunjung diketemukan akhirnya Suryati, 21, istri Sub yang pagi harinya bertengkar dengannya, kemudian melaporkan Sub yang telah melakukan KDRT kepadanya.
Di Polsek Siantan Suryati juga melaporkan kalau adiknya yang bernama Linda juga ikut hilang. Bermodal laporan Suryati, pihak kepolisian langsung mencari Sub. Namun sayangnya tersangka berhasil lari. Kerja keras kepolisian membuahkan hasil, Sub berhasil ditangkap pihak kepolisian di perjalanan ketika hendak melarikan diri ke daerah Sungai Ambawang. Sub kemudian mengaku telah membunuh Linda.
Menurut Romi, saksi mata sekaligus kerabatnya yang pertama kali menemukan jasad korban, jenazah Linda disembunyikan Sub di atas dek rumah dan ditutupi kardus. “Sub baru mengaku setelah pihak kepolisian menangkap dan memeriksanya,” ujar Romi.
Sementara berdasarkan hasil visum kata Romi, sebelum Linda di bunuh korban juga telah diperkosa Sub. “Hasil visum menyebutkan kalau dia telah diperkosa,” jelasnya.
Kapolsek Siantan AKP Antonius Triwibowo mengatakan, laporan awalnya hanya KDRT yang dilakukan Sub kepada istrinya, Suryati. Namun pada saat membuat laporan KDRT dia juga melaporkan kalau adiknya juga ikut hilang dari pagi kemarin. “Dari itulah kami cepat turun dan menangkap pelaku,” jelasnya singkat. (lil)

Bocah 6 Tahun Tewas Tenggelam di Parit

Bocah 6 Tahun Tewas Tenggelam di Parit
Pontianak, Equator
Suasana Jalan Selat Madura, Kelurahan Siantan Tengah, Pontianak Utara mendadak ramai, itu setelah mayat Deviani, cewek berumur enam tahun ditemukan warga di Parit Wan Salim Siantan, Jumat (7/12) sekitar pukul 11.00 siang kemarin.
Tewasnya Deviani diduga akibat terpeleset saat hendak ke warung dan bermain yang tak jauh dari rumahnya. Ayah kandung korban, Azis, 37, mengaku, sekitar pukul 07.00 hingga 08.00 korban sempat kelihatan sedang bermain di depan rumahnya.
Entah kenapa anak yang biasanya bermain ke rumah sang kakek tersebut mendadak hilang tanpa bekas. Mengetahui Deviana tak berada di rumah sang kakek, keluarga pun panik. Bersama istri dan anaknya yang lain Azis kemudian mencari Deviani ke rumah tetangganya. “Saya beberapa kali mencoba mencari ke warung dan rumah tetangga serta rumah kawan-kawannya bermain,” jelasnya di rumah duka di Jalan Selat Madura.
Tak kunjung diketemukan, akhirnya Azis mulai menyisir parit Wansalim yang tak jauh dari rumahnya. Bagai disambar petir di siang bolong, Azis menemukan putrinya yang mengapung di Partit Wansalim tersebut. “Saya menemukan dia parit,” jelas dia meneteskan air mata.
Kendati sedih Azis terlihat lebih tegar ketimbang istrinya. Dia memasrahkan semua kepada kuasa Ilahi. “Saya tahu kalau ini adalah musibah dan cobaan dari Allah SWT. Namun bagaimanapun kami sekeluarga tetap menyerahkan ini kepada kehendak Tuhan. Musibah ini juga telah dicatat sebelum almarhumah lahir,” katanya tegar.
Deviani anak terakhir dari empat bersaudara itu kata Azis merupakan anak yang periang dan manja. Buktinya, pagi hari sebelum akhirnya dia meninggal sempat meminta kepada ibunya untuk dimandikan. Tak hanya itu, kata Azis, almarhumah juga meminta untuk dipakaikan baju barunya untuk bermain.
“Padahal tak biasanya dia minta untuk dipakaikan baju baru. Tapi mungkin inilah salahsatu tanda kalau almarhumah akan pergi untuk selama-lamanya,” ujarnya lirih.
Hingga berita ini diturunkan, almarhumah Deviani telah dimakamkan pihak keluarga. (lil)

Rabu, 28 November 2007

HUT PGRI ke-62 Berlangsung Meriah
Potianak, Equator

Rangkaian perayaan HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-62 di wilayah Kabupaten Pontianak berlangsung meriah. Berbagai kegiatan dan pertandingan digelar panitia. Mulai dari gerak jalan sehat, pertandingan gaplek hingga acara lainnya. Ketua panitia, Usman HM, saat dihubungi mengatakan, kalau HUT kali ini sengaja diadakan berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, kegiatan gerak jalan yang dipusatkan di Kecamatan Sungai Raya diikuti ribuan guru dan siswa sekolah dari beberapa kecamatan. Terutama yang dekat dengan Kecamatan Pantai Selatan. “Dalam kegiatan tersebut Ketua PGRI Kabupaten Pontianak juga ikut memeriahkan, sekaligus memberikan sejumlah door prize kepada peserta yang beruntung,” kata Usman., kemarin.
Pertandingan gaplek juga diikuti puluhan pasang guru dari berbagai kecamatan. “Dalam pertandingan ini, yang menjadi juara satu yakni pasangan Rustam dari Kecamatan Sungai Raya,” jelasnya.
Pada kesempatan berbeda, Bupati Pontianak, Drs H Agus Salim, MM dalam sambutannya mengharapkan agar seluruh guru dapat meningkatkan etos kerja sebagai pendidik. “Sikap profesionalisme sebagai pendidik sangat diperlukan, sehingga menghasilkan generasi muda yang siap untuk membangun daerah,” ujarnya.
Selain itu katanya, guru juga punya kewajiban yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. “Untuk persoalan kesejahteraan para guru saya selaku bupati sudah mengusulkan ke DPRD agar mendapat tambahan kesejahteraan,” tegasnya.
Sementara itu Ketua PGRI Kabupaten Pontianak, Drs H Idrus Adam mengharapkan seluruh anggota PGRI Kabupaten Pontianak untuk tetap menjaga kekompakan dan persatuan, sehingga semakin mantap sebagai organisasi pendidik yang bisa memperjuangkan kesejahteraan para guru dan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Saya mengharapkan kepada para anggota PGRI Kabupaten Pontianak agar bisa melaksanakan tugas, serta menjunjung tinggi kode etiknya,” harap Idrus yang juga Asisten II Pemerintah Daerah Kabupaten Pontianak.
Idrus juga meminta kepada pemerintah dan DPRD Kabupaten Pontianak agar bisa memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru menjadi lebih baik. “Selain itu sarana dan prasarana pendidikan terutama di daerah terpencil, agar bisa direalisasikan hingga 20 persen sesuai dengan ketetapan pemerintah,” jelasnya. (lil)

Kamis, 15 November 2007

Isu Rawan, Pencoblosan di Pontim Lancar

Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada di Pontianak Timur, yang diisukan bakal terjadi kerawanan ternyata berlangsung lancar. Kamis (15/11) pagi kemarin warga Pontianak Timur antusias menggunakan hak pilihnya.
Dalam kunjungan ke beberapa TPS, Camat Pontianak Timur, Syarif Ismail SSos mengatakan, pihaknya bersama Muspika dan tim sukses sama-sama sepakat untuk sama-sama menjaga keamanan dan ketertiban. “Kami beserta Muspika dan para tim sukses turun langsung ke beberapa TPS untuk memonitor. Dan alhamdullilah hal-hal yang tidak kita inginkan pun tidak terjadi,” kata Ismail sehabis memantau TPS di Perum IV.
Kesepakatan ini diakui Ismail untuk sama-sama menjamin agar Pilkada bisa berjalan aman dan lancar. “Syukurlah beberapa TPS yang dianggap rawan pun tidak terjadi apa-apa. Hanya saja kita bersama kepolisian melakukan antisipasi,” tegasnya. Terkait masalah Perum IV, ia mengatakan, proses pemilihan di daerah batas yang selama ini menjadi polemik aman dan lancar-lancar saja.
“Khusus masalah Perum IV kita tetap kembalikan persoalan ini ke prosedur, hampir 100 persen warga Perum IV menggunakan hak pilihnya yang tercatat di Daftar Pemilih Tetap (DPT) wilayah Kota Pontianak,” tukasnya.
Sementara Kapolsek Pontianak Timur AKP Syarif Eddy Alkadrie SSos mengharapkan agar masyarakat bisa memberikan hak pilihnya sesuai dengan hati nurani. “Kita berharap agar kondisi kita aman-aman saja,” ujarnya.
Hingga siang kemarin kondisi Pontianak Timur masih tetap aman dan lancar. “Mudah-mudahan wilayah kita akan kondusif selama-lamanya,” harapnya. Sementara untuk yang belum terdaftar harap Eddy bisa bersabar dan bisa menerima. “Bagi saudara-saudara yang belum terdaftar di DPT jangan sampai berbuat anarkis yang nantinya akan merugikan kita sendiri,” pintanya. (lil)
*Wacana Pembangunan Pasar Puring
Pedagang Desak Anggota DPRD Dapil Utara
Pontianak, Equator
Para pedagang gerah juga dengan belum direalisasikannya pembangunan Pasar Puring, Siantan. Mereka mendesak agar anggota DPRD Kota Pontianak dari Pontianak Utara agar aspiratif terhadap keinginan para pedagang.
Hal itu disampaikan beberapa perwakilan pedagang, Ahmadi, Bahar, Edi, Yanto dan Bambang kepada anggota DPRD Kota Pontianak Dapil Pontianak Utara, M Fauzie SSos, Jumat (26/10) sekitar pukul 10.00 kemarin pada saat mengunjungi pasar puring.
Selama ini, kata Ahmadi, pembangunan Pasar Puring sebatas wacana dan desas-desus. Ke depannya dia meminta anggota legislatif agar bisa menunjukkan kinerja mereka khususnya di mata warga Pontianak Utara.
“Kalau bukan wakil kita lantas siapa lagi yang bakal memperjuangkan pedagang yang berjualan di Pasar Puring ini?” kata Ahmadi yang juga pedagang ikan.
Ia mengharapkan agar dalam memperjuangkan Pasar Puring jangan hanya satu orang saja yang bekerja tapi harus ada kekompakan dari seluruh legislatif asal Pontianak Utara. “Jangan hanya satu orang tujuhnya lagi mana?” ujarnya.
Edi menimpali, sampai saat ini kondisi Pasar Puring memang sangat membahayakan pedagang. “Cobalah kita lihat bersama bagaimana kondisi sesungguhnya. Di bagian atap dan kerangkanya pun sudah sama sekali tidak ada,” jelas Edi yang biasa berdagang sayur.
Dengan kondisi seperti ini kata Edi, selain sangat membahayakan pedagang pada saat hujan disertai angin, pun jualan para pedagang banyak yang rusak. “Terkadang kita kasihan melihat pedagang lain yang merugi akibat dagangan mereka yang rusak. Meskipun pada dasarnya dagangan kita juga rusak,” ujarnya lirih.
Sementara Bahar mengatakan, ancaman runtuh dan mematikan para pedagang pada saat berjualan sangat besar terjadi. Apalagi kondisinya memang sudah memprihatinkan. “Intinya kami memang tidak ada pilihan lagi, di sini kami juga minta ke Pemkot agar melihat dan mengecek kondisi Pasar Puring sesungguhnya. Jangan lempar batu sembunyi tangan,” sindir Bahar.
Dari persoalan itu, M Fauzie mengatakan, dirinya sebagai salah seorang yang mereka minta untuk secara getol memperjuangkan pembangunan Pasar Puring akan berusaha sekuat tenaga memperjuangkan hak-hak pedagang. “Ini hak mereka, wong mereka sudah membayar kewajiban mereka yakni retribusi,” ujarnya.
Ia juga meminta agar dalam persoalan ini anggota DRPD yang satu dapil dengannya juga harus ikut membantu dan memperjuangkan persoalan tersebut. “Kita minta kepada Pemkot jangan sampai persoalan ini terkesan ada semacam pilih kasih dan kepentingan segelintir orang,” tandasnya. Fauzie mencontohkan beberapa pasar yang ada di Kota Pontianak sudah semuanya diremajakan, hanya tinggal Pasar Puring. “Coba kita lihat Pasar Flamboyan, pedagangnya kan menolak untuk dilakukan pembangunan, namun kenapa Pemkot terus memaksakan? Kenapa tidak Pasar Puring yang justru pedagang dan masyarakatnya sangat setuju,” katanya. (lil)
Kontribusi PAD terhadap APBD Menurun

Pontianak, Equator
Kenaikan pendapatan asli daerah (PAD) selama empat tahun mulai 2004 hingga 2007 sebesar 78,27 persen, diakui tidak berbanding lurus dengan kontribusi PAD terhadap APBD Kota Pontianak. Kondisi itu mencerminkan bahwa APBD masih tergantung dan dari provinsi dan pusat.
“Hal ini merupakan tugas kita bersama untuk memperbaiki komposisi keuangan daerah agar kontribusi PAD terhadap APBD semakin besar dan tidak bergantung lagi dengan dana pemerintah provinsi dan pusat,” kata Wali Kota Pontianak, dr Buchary A Rachman ketika menyampaikan jawaban atas Pandangan Umum (PU) fraksi-fraksi di DPRD Kota Pontianak terhadap nota keuangan Rancangan APBD Kota Pontianak, Kamis (1/11).
Buchary sependapat dengan usulan Fraksi Demokrat yang dalam peningkatan ini perlunya melakukan intensifikasi terhadap PAD tanpa menimbulkan distorsi dunia usaha dan kepentingan masyarakat. “Di sini kita telah sepakat bahwa membangun kemitraan dengan dunia usaha termasuk investasi, di mana Pemkot akan bertindak sebagai fasilitator dalam menggerakkan dunia usaha dan sektor rill,” jelasnya.
Untuk meningkatkan perekonomian, eksekutif akan fokus, khususnya dalam peningkatan perekonomian daerah. “Biasanya ini akan berdampak pada peningkatan PAD,” ujarnya. Soal adanya dugaan terhadap penurunan PAD yang disebabkan hal lain, Buchary buru-buru membantah. Ia memerinci penurunan terjadi akibat adanya pos retribusi daerah sebesar 9,85 persen. “Jadi turun 1, 87 miliar,” ungkapnya.
Sementara retribusi yang mengalami penurunan yakni, retribusi kekayaan daerah yang semula tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp 4,48 miliar turun menjadi Rp 3,20 miliar. Untuk tahun 2008 turun Rp 1,28 miliar atau 28,58 persen. “Penurunan itu disebabkan banyaknya HGB di atas HPL yang penarikan retribusinya ditarik pada tahun 2007. Sedangkan kita sendiri tahu bahwa masa HGB di atas HPL yakni 20 tahun,” paparnya.
Pemerintah, katanya, harus menunggu waktu 20 tahun lagi untuk mendapatkan retribusi tambahan dari HGB di atas HPL. “Sementara untuk retribusi yang lain yakni, retribusi IMB turun sebesar Rp 200 juta atau 7, 59 persen yang disebabkan adanya dugaan bahwa pada tahun 2008 sektor properti akan terhenti,” pungkasnya.
Selain di dua pos tersebut, penurunan PAD juga terjadi di pos retribusi lain-lain. Untuk pendapatan yang sah turun sebesar RP 11,04 miliar atau 68,83 persen. “Khusus pos ini penurunannya cukup besar dari Rp 16,04 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp 5 miliar pada tahun 2008,” kata Buchary.
Khusus pos lain-lain kontribusi penurunan yang cukup besar di pos penjualan aset dan penerimaan jasa giro. Tahun 2007 Pemkot mengalokasikan pendapatan dari hasil penjualan aset (eks rumah jabatan ketua DPRD) sebesar Rp 5,6 miliar. “Sementara untuk tahun 2008 jenis pendapatan ini tidak ada lagi. Karena tidak ada aset lagi akan dijual,” tegasnya.
Dalam pendapatan penerimaan dari jasa dan giro pada 2007 dianggap over target, karena berdasarkan evaluasi pada akhir tahun 2008 pencapaian jasa dan giro diperkirakan hanya 66,67 persen. “Ini perlu dilakukan penyesuaian,” pungkasnya. (lil)
Pedagang Pasar Puring Ancam Demo
Wako: Pemkot buat Perencanaan
Pontianak, Equator
Belum jelasnya realisasi pembangunan Pasar Puring Siantan, Pontianak Utara membuat pedagang gerah, dan mengancam menggelar demonstrasi di Kantor Wali Kota Pontianak dan gedung DPRD Kota Pontianak. Masyarakat tidak sabar agar pemerintah segera mewujudkan pembangunan pasar itu.
Hal itu disampaikan perwakilan pedagang masing-masing Bahar, Ahmadi, dan Edi, Jumat (9/11) kemarin di Kompleks Pasar Puring.
Selama ini, kata Bahar, pedagang kenyang dengan janji Pemkot yang setiap pertemuan selalu mengatakan akan secepatnya membangun Pasar Puring. “Namun mana realisasinya? Kalau hanya janji dan wacana kami pun bisa. Kalau memang masih belum ada kejelasan kami bersama seluruh pedagang Pasar Puring akan menggelar aksi demonstrasi besar-besaran,” ucap Bahar dengan mimik serius.
Kondisi Pasar Puring saat ini memang mengenaskan. Kerusakan tidak hanya terjadi di bagian atap dan kerangka Pasar Puring, drainase juga ikut tersumbat. “Tidak hanya di bangunan akan tetapi ketika hujan turun kami juga harus siap-siap untuk mengantisipasi banjir, karena drainasenya sudah tak berfungsi,” jelasnya.
Sementara Ahmadi menegaskan, pihaknya tidak hanya akan melakukan demonstrasi, namun bersama pedagang lainnya akan memboikot pembayaran retribusi. “Untuk apa kami membayar, puluhan tahun kami menunaikan kewajiban untuk membayar retribusi yang harganya Rp 100 per hari, namun apa balasannya,” ujarnya.
Ahmadi yang tak bisa menunjukkan kekecewaannya kepada Pemkot tersebut hanya menuntut hak mereka. “Kami hanya menuntut hak, bukan yang lain, jadi tolong permudah apa yang kami minta,” kata Ahmadi, pedagang sayur-mayur.
Sementara pada ornamen bangunan seperti diakui Edi, selain sangat membahayakan pedagang pada saat hujan yang disertai angin, pun jualan para pedagang banyak yang rusak. “Ini yang membuat dagangan kita turun yang pada akhirnya pedagang akan merugi akibat dagangan mereka yang rusak,” ungkapnya.
Baik Edi, Ahmadi, Burhan dan pedagang meminta selain Pemkot mereka juga meminta Ketua DPRD Kota Pontianak, H Gusti Hersan Aslirosa, SE sebagai anggota dewan yang lahir di Pontianak Utara bisa memperjuangkan pembangunan Pasar Puring. “Kami mohon agar Pak Hersan juga ikut membantu memuluskan keinginan kami sebagai pedagang,” harapnya.
Dihubungi via telepon selularnya, anggota DPRD Kota Pontianak M Fauzie SSos mengatakan, pedagang kesal dengan lemahnya penyerapan aspirasi oleh pemerintah. Terlebih katanya dalam jawaban wali kota terhadap PU juga sama sekali belum disinggung.
“Kami (Komisi B, red) sudah melakukan rapat dengan Dinas PU untuk mengajukan dalam RAPBD, karena untuk lanjutan pembangunan Pasar Cempaka, wali kota sendiri mengajukan Rp 8 miliar. Dari dana tersebut saya minta kalau tidak bisa setengahnya kami minta Rp 2 miliar dilarikan ke Pasar Puring,” kata Fauzie singkat.
Wakil Wali Kota Pontianak, H Sutarmidji SH MHum dikonfirmasi soal itu, mengatakan, pemerintah sejak beberapa tahun lalu berkeinginan kuat merehabilitasi pasar Puring. “Tetapi ada saja kendalanya. Ketika kita (Pemkot, Red) mau tertibkan, justru ada pedagang yang belum bersedia. Ada hambatan ini dan itu. Tetapi tahun ini kita sedang membuat perencanaan,” kata Sutarmidji, tadi malam.
Pembangunan Pasar Cempaka, menurutnya untuk menampung pedagang di Pasar Sudirman yang terkena pelebaran jalan. “Kalau dari dulu pedagang kooperatif, saya rasa tidak ada masalah,” kata mantan anggota DPRD Kota Pontianak ini. (lil)
Kebijakan IMB dan Kawasan Hijau Tak Berhubungan
Pontianak, Equator
Wali Kota Pontianak, dr H Buchary A Rachman menegaskan, revisi kebijakannya tentang pengurangan IMB tidak perlu dilakukan. Karena pada prinsipnya Pemkot, kata Buchary melalui dinas terkait tetap komitmen dengan aturan.
“Kita juga mengacu kepada izin areal/zoning sesuai Perda RTRW Kota Pontianak tahun 2002-2012 yang mana IMB tidak dikeluarkan pada areal/zoning kawasan hijau,” tegas Buchary.
Hal ini diakui Buchary, tidak ada korelasi antara upaya peningkatan retribusi IMB dengan mengorbankan kawasan hijau. “Pada prinsipnya penertiban IMB dimaksudkan sebagai pengaturan dan pengendalian agar bangunan dengan RTRW yang berlaku, sehingga untuk menghentikan pemberian IMB perumahan dirasakan kurang tepat,” jelasnya sembari mengatakan kalau selama ini perumahan di bangun pada zoning perumahan bukan kawasan hijau.
Untuk itu Pemkot juga telah mengharuskan kepada developer untuk menyediakan ruang terbuka hijau baik berupa taman ataupun pohon penghijauan. “Yang jelas untuk masalah ini kita telah berupaya. Namun mesti dipahami kalau masalah peningkatan PAD melalui retribusi IMB tak ada hubungannya dengan kawasan hijau,” ujar Buchary bergegas pergi. (lil)
* Dugaan Oknum Dinsos Makan Duit Gelandangan
Walikota Serahkan Sepenuhnya ke Bawasko
Pontianak, Equator
Kasus dugaan penyalahgunaan dana gelandangan dan pengemis (gepeng) yang melibatkan oknum pegawai Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pontianak hingga kini masih terus diproses.
Kepada wartawan, Walikota Pontianak, dr H Buchary A Rahman, Selasa (13/11) di Kantor Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) menegaskan, kasus tersebut telah diserahkan semuanya ke Badan Pengawas Kota (Bawasko).
“Saya serahkan semua persoalan ini ke pihak Bawasko untuk dilakukan pemeriksaan,” kata Buchary singkat. Dia mengharapkan agar Bawasko, sebagai lembaga yang langsung berkoordinasi dengan Pemkot bisa secepatnya menyimpulkan temuannya di lapangan. “Kita tunggu saja hasilnya,” ujar Buchary sembari bergegas pergi.
Dihubungi terpisah, Ketua Komisi D DPRD Kota Pontianak Drs Firdaus Zar’in MSi menyarankan agar persoalan ini dapat dilihat dari dua aspek yakni hukum dan sosial.
Untuk saat ini, pihaknya memilih menyerahkan semua persoalan ini ke pihak Bawasko sebagai internal auditor. “Jika ternyata ada temuan secepatnya diproses dan apabila terbukti oknum tersebut memang telah menyalahgunakan dana gepeng tersebut maka ada keharusan bagi yang bersangkutan untuk mengganti dana tersebut,” jelas Firdaus yang melihat dari aspek hukum.
Karena pemeriksaan belum final kata Firdaus, pihaknya lebih menyerahkan persoalan ini ke pihak Bawasko untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaannya.
“Biarkan Bawasko bekerja dan secepatnya menunjukkan hasilnya,” saran Firdaus yang tergabung dalam Fraksi Golkar. Firdaus melihat jika memang ternyata benar ada penyalahgunaan yang dilakukan oknum pegawai Dinsos, tentunya akan melewati beberapa tahapan. “Sesuai dengan rentang kendali mestinya ada proses yang seharusnya di ketahui pimpinan, minimal kabid atau kadis,” tegasnya.
Sementara jika dilihat dari aspek sosial Firdaus, sangat menyesalkan tindakan yang telah dilakukan oknum pegawai Dinsos tersebut. “Kita tidak melihat nominal jumlahnya, namun sekecil apa pun dana pemerintah mestinya ada mekanisme dan kontrol yang dilakukan,” tegas Firdaus.
Diberitakan sebelumnya, seorang oknum pegawai Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pontianak, sedang diperiksa intensif Badan Pengawas Daerah (Bawasda) karena terindikasi memanipulasi dana penanganan gelandangan dan pengemis (gepeng). Pemeriksaan sudah berjalan tiga minggu, namun belum final.
Fungsional Auditor Bawasda, Abu Bakar, Senin (12/11) siang kemarin menjelaskan, kasus penyimpangan dana gepeng sebesar Rp 28 juta itu masih terus diproses. “Kami terus melakukan penyelidikan termasuk kami sudah turun ke lokasi penampungan gepeng di gedung Unit Pelayanan Rehabilitasi Sosial (UPRS) di Sungai Ambawang,” katanya. (lil)
Oknum Dinsos Diperiksa Intensif Bawasda
*Terindikasi “Makan” Duit Gelandangan

Pontianak, Equator
Seorang oknum pegawai Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pontianak, sedang diperiksa intensif Badan Pengawas Daerah (Bawasda) karena terindikasi memanipulasi dana penanganan gelandangan dan pengemis (gepeng). Pemeriksaan sudah berjalan tiga minggu, namun belum final.
Fungsional Auditor Bawasda, Abu Bakar, Senin (12/11) siang kemarin menjelaskan, kasus penyimpangan dana gepeng sebesar Rp 28 juta itu masih terus diproses. “Kami terus melakukan penyelidikan termasuk kami sudah turun ke lokasi penampungan gepeng di gedung Unit Pelayanan Rehabilitasi Sosial (UPRS) di Sungai Ambawang,” katanya.
Tetapi sampai saat ini pihaknya, kata Abu Bakar, belum berani mengatakan kasus tersebut korupsi atau penyelewengan. “Sampai saat ini kita menganggap kegiatan yang diberikan Dinsos baru sekadar salah atau tak tepat sasaran,” ujarnya.
Pemeriksaan diakui Abu, baru berjalan kurang lebih tiga minggu. Selain itu temuan itu juga belum dilaporkan kepada pimpinannya.
Seorang gepeng yang mangkal di Jalan Patimura, Tarmina mengungkapkan, penyimpangan yang dilakukan oknum pegawai Dinsos tersebut ada pada cost (biaya, Red) pendataan, konsumsi, dan keterampilan. Data yang sebenarnya kata Tarmina berjumlah 20 orang sementara yang dilaporkan ke kepala bidang dan kepala dinas jauh lebih banyak. “Makan dan minum saja kita hanya dijatah satu kali dalam sehari. Sementara sewaktu ada pemeriksaan kami baru tahu kalau makan kami sebenarnya tiga kali,” jelasnya.
Manipulasi lain terjadi pada pembiayaan obat-obatan. “Di situ juga mereka masih sempat memotong biaya yang seharusnya sampai pada kami,” akunya sembari mengatakan kalau nasibnya jauh lebih baik daripada gepeng lainnya yang belum diberikan bantuan.
Seorang gepeng lainnya yang juga direhabilitasi di UPRS Sungai Ambawang, Yuyun juga membeberkan hal sama. Ia mengatakan, dirinya menyesalkan sikap oknum tersebut yang sering tak memberikan jatah karena sikap kritis Yuyun.
“Setelah lama kami ditampung di sana, kami kemudian dikeluarkan. Seperti yang kami ketahui dari pemerintah ada dana pembinaan atau dana bantuan yang berkisar Rp 800 hingga Rp 1 juta. Namun oleh dia hanya dibelikan mi instan dan kecap manis botol kecil,” akunya.
Itu pun, kata Yuyun, dirinya tidak dapat jatah lantaran dirinya sering menantang kebijakan oknum Dinsos tersebut. “Itulah sebenarnya yang terjadi pada kami, semuanya mau dijadikan proyek dan keuntungan,” ujar Yuyun. (lil)