Minggu, 30 Desember 2007

Adegan Perkosaan

Direkam Kamera HP
*Berdurasi 1 Menit 21 Detik

Pontianak, Equator
Tak puas merenggut kegadisan Bunga, 14, pelaku pemerkosaan, Kecot, juga merekam adegan perkosaannya itu. Mirisnya, Kecot mengaku itu semua dilakukannya karena iseng.
Entah apa yang dipikirkan oleh pria beristri yang sudah dikaruniai satu anak ini. Bahkan, jerit kesakitan Bunga terdengar jelas dari rekaman video kamera HP miliknya.
Durasi rekaman berlangsung 1 menit 21 detik. Dalam rekaman tersebut tergambar jelas raut wajah kesakitan Bunga saat direkam. Suara rintihan juga terdengar jelas. Namun Kecot tetap saja menggoyang Bunga tanpa belas kasihan.
Dalam adegan tersebut juga Bunga secara berkali-kali merintih kesakitan. Berdasarkan hasil rekaman tersebut Kecot seakan sudah terbiasa dengan posisi Bunga di bawahnya. Dari hasil rekamannya, Kecot menyuting seluruh anggota tubuh Bunga. Kepada petugas Kecot mengaku itu dilakukannya lantaran iseng.
Benteng keperawanan Bunga baru jebol, setelah empat kali Kecot melakukan penetrasi. Akibatnya, Bunga mengalami pendarahan. Bahkan saat dilakukan Visum, Bunga sempat shock.
“Menurut keterangan sementara dari pelaku, rekaman itu hanya untuk kenangannya sendiri,” jelas Kapolsekta Pontianak Selatan, AKP Slamet Nanang Widodo S Ik kepada wartawan.
Dari tangan Kecot petugas berhasil mengamankan satu unit HP yang berisikan adegan perkosaan. Selain itu pakaian Bunga berupa bra, kaus dan celana dalam yang masih berlumuran darah juga disita sebagai barang bukti.
Pria kelahiran Desa Sanenrejo, Kelurahan Tempurejo, Kabupaten Jember itu kendati mengaku memperkosa Bunga, tapi dia membantah mengancam dengan senjata tajam. “Saya hanya mengancam dengan kata-kata saja,” aku Kecot. (lil)

Perkosaan

ABG Diperkosa Ayah Anak Satu

Pontianak, Equator
Teriakan Bunga meminta pertolongan seketika menghentikan aksi bejat Kecot, 35, yang memperkosanya. Sebaliknya, warga yang mengetahui pemerkosaan tersebut spontan menghadiahkan pukulan bertubi-tubi kepada Kecot. Itupun setelah Kecot sukses dibekuk dalam dua jam pencarian di lokasi kejadian.
Praktis, pria bertato tersebut tak berkutik. Sampailah warga mengganjar Kecot dan menyerahkannya ke Polsekta Pontianak Selatan untuk diproses.
Semua berawal ketika pria asal Jember, Jawa Timur tersebut, bertemu Bunga di jalan. Sebelumnya, anak buah kapal (ABK, red) ikan ini mengendarai sepeda motor tanpa tujuan. Nah, begitu bertemu Bunga, niat bulus Kecot pun timbul. Kepada Bunga, Kecot pun bertanya. “Mau ke mana dek,” kata Kecot yang merupakan warga Batam ini. Tanpa curiga, Bunga menjawab hendak pergi ke Kota Baru.
Perbincangan terus berlanjut. Melihat tubuh Bunga, nafsu Kecot naik ke ubun-ubun. Kecot pun menyusun siasat. “Saya mau ke rumah saudara. Namun saya tidak tahu arah kota baru. Adik tahu tidak arah Kota Baru. Mau tidak antar Om ke sana,” kata Kecot.
Bunga yang polos manut saja. Bunga ia bonceng di motornya. Celakanya, Kecot semakin bernafsu ketika payudara Bunga menyentuh tubuhnya. Begitu melintas di Jalan Purnama, Jumat (28/12) sekitar pukul 14.00, tepatnya di Kompleks Harapan Jaya, Kecot pun beraksi.
Bunga diseretnya ke semak belukar. Untuk memudahkan melampiaskan nafsunya, Kecot pun mengancam Bunga. Kapolsekta Pontianak Selatan, AKP Slamet Nanang Widodo SIk membenarkan kasus tersebut. Dan pihaknya telah mengamankan tersangka.
“Sebelumnya korban dibonceng oleh tersangka ke arah Jalan Purna Dalam,” terang Slamet.
Di perjalanan, Kecot tiba-tiba menghentikan kuda besinya dan menyuruh Bunga duduk di depan. Nah, saat itulah Kecot mengajak Bunga untuk berhubungan badan. Bunga menolak. Penolakan Bunga dibalas Kecot dengan pengancaman.
“Pelaku mengancam akan membunuh korban jika tidak melayani. Namun dalam pengancaman tersebut pelaku tidak menggunakan senjata tajam (sajam),” jelas Nanang.
Pada saat bersamaan Kecot menarik Bunga ke semak-semak tak jauh dari kendaraannya di parkir. “Pada saat itulah pelaku dengan leluasa memperkosa korban,” ujarnya.
Teriakan korban didengar warga sekitar yang lantas memberikan pertolongan. Lokasi kejadian dikepung untuk memburu Kecot. Pengejaran hingga memakan waktu sekitar dua jam.
“Namun pelaku yang kebetulan tidak hapal lokasi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia akhirnya tertangkap di Kompleks Purna Agung,” cerita Kapolsekta panjang lebar.
Beruntung saat kejadian tersebut ada anggota Koramil yang turut mengamankan pelaku. Jika tidak mungkin saja Kecot tewas di tempat. Sementara warga yang lainnya melampiaskan amarahnya ke kendaraan yang digunakan Kecot. Sedangkan Bunga langsung melapor ke Polsekta Pontianak Selatan. (lil)

Rabu, 26 Desember 2007

Penghargaan

Penerima Penghargaan

1. AKP Pungky Bhuana Santoso SH SIk (Kapolsekta)
2. IPDA Kiki Firmansyah (Kanit Reskrim)
3. AIPU Susilo Handayani (Anggota Reskrim)
4. AIPTU Prawoto (Anggota Reskrim)
5. Bripka G Sumarno Wisman (Anggota Reskrim)
6. Brigadir Wiji Siswanto (Anggota Reskrim)
7. Bripda Endang Sumarna (Anggota Reskrim)
8. Bripda Endang Sukarna (Anggota Reskrim)
9. AIPTU Elisa Panjaitan (Anggota Reskrim)
10. Brigadir Pujo Winarko (Anggota Reskrim)
11. Brigadir Dwi Budiman (Anggota Reskrim)
12. Briptu Hamsah Noor (Anggota Reskrim)
13. Bripda Salman Alfarisi. (Anggota Reskrim)


*Gelar Pertemuan Lintas Etnis
13 Personel Polsekta Pontura Terima Penghargaan
Pontianak, Equator
Sebanyak 13 anggota Polsekta Pontianak Utara, Jumat (21/12) sekitar pukul 20.00 mendapat penghargaan dari anggota DPRD Kota Pontianak, M. Fauzie Kholilulah SSos. Penghargaan tersebut diberikan Fauzie pada acara silaturahmi tatap muka antara kepolisian, Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Pontianak Utara dengan tokoh agama, masyarakat dan pemuda se-Pontianak Utara.
Acara yang digagas oleh Fauzie tersebut berlangsung di Surau Raudhatus Sa’adah di Kelurahan Siantan Tengah tersebut dihadiri Kapolsekta Pontianak Utara, AKP Pungky Bhuana Santoso SH SIk, Ketua FKPM, H Syafrudin Ibrahim sekaligus mewakili tokoh Melayu, Ketua Pemuda Pancasila (PP), Amirudin FAD, tokoh Tionghoa yang diwakili oleh Ateng Tanjaya sementara dari tokoh Madura diwakili Ahmad Munawir SH.
Dalam kesempatan tersebut Fauzie mengatakan, pihaknya sebagai salahsatu dari anggota masyarakat di Pontianak Utara mengucapkan terima kasih kepada kinerja kepolisian yang selama ini telah mengungkap beberapa kasus.
Karenanya Fauzie juga menegaskan, selaku anggota DPRD Kota Pontianak yang terpilih dari daerah pemilihan (dapil) Pontianak Utara merasa bangga dan patut memberikan penghargaan kepada kinerja kepolisian. “Saya pikir ini adalah langkah maju yang patut kita lakukan agar kepolisian yang selama ini dikenal jauh dari masyarakat tidak selamanya seperti itu. Dan masalah penghargaan tersebut saya berikan kepada anggota termasuk kapolsek ini tak lain atas terungkapnya kasus-kasus besar yang selama ini terjadi di wilayah Pontianak Utara,” jelas Fauzie.
Fauzie juga menegaskan, pertemuan tatap muka lintas etnis seperti saat ini akan terus berlanjut. “Ini kali pertama yang ada di Pontianak Utara dan kita akan menindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan yang lain,” ujar dia sembari mengatakan pertemuan tersebut juga dalam rangka reses dirinya sebagai anggota dewan.
Dimintai komentarnya, Kapolsekta Pontianak Utara, AKP Pungky Bhuana Satoso SH SIk mengaku sangat bangga atas dukungan moral yang terus datang dari masyarakat. Belum lagi masalah penghargaan yang diberikan salah seorang anggota DPRD. “Jujur saya belum pernah menerima penghargaan dari masyarakat,” ucapnya.
Pungky menilai penghargaan yang diberikan akan dijadikan pihak kepolisian sebagai langkah baru dan mengungkap kasus-kasus yang selama ini masih belum terungkap. “Mudah-mudahan penghargaan ini akan menjadi suatu motivasi bagi kinerja kepolisian,” harapnya.
Hal senada juga dikatakan ketua FKPM Pontianak Utara, H Syafrudin Ibrahim. Pihaknya sangat mendukung kegiatan ini. Dia yang juga tokoh dari etnis Melayu ini menyambut positif. Ia juga berjanji akan menindaklanjuti pertemuan ini dengan pertemuan lainnya. “Yang jelas pertemuan ini sangat positif,” jelasnya.
Sementara dari kalangan etnis Madura yang sekaligus sebagai tuan rumah berjanji akan menindaklanjuti pertemuan-pertemuan selanjutnya. “Kita siap mengadakan kegiatan seperti ini lagi,” ucap Ahmad Munawir SH tokoh dari kalangan Madura.
Dukungan dan sambutan positif juga disampaikan kalangan Tionghoa. Dia menilai pertemuan seperti ini patut dijaga dan dilestarikan. “Ini pertemuan yang sangat jarang terjadi, mesti kita pelihara. Apalagi ini merupakan upaya dari semua etnis, agar khususnya di Pontianak Utara tercipta Kamtibmas,” jelas Ateng Tanjaya.
Sementara 13 anggota polisi yang mendapatkan penghargaan yakni AKP Pungky Bhuana Santoso SH SIk, IPDA Kiki Firmansyah, AIPU Susilo Handayani, AIPTU Prawoto, Bripka G Sumarno Wisman, Brigadir Wiji Siswanto, Bripda Endang Sumarna, Bripda Endang Sukarna, AIPTU Elisa Panjaitan, Brigadir Pujo Winarko, Brigadir Dwi Budiman, Briptu Hamsah Noor, dan Bripda Salman Alfarisi.(lil)

Proyek NUSSP

Proyek NUSSP Siantan Tengah Bermasalah
* Pengerjaan Tak Sesuai Bestek
Proyek yang digulirkan menggunakan dana Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) ke setiap kelurahan menuai banyak masalah. Jika sebelumnya proyek menggunakan dana NUSSP menuai protes dari warga di Kelurahan Tambelan Sampit, Pontianak Timur, kali ini protes serupa disampaikan Ketua RT 02 RW 9 Abdul Hendi.
Hendi dan puluhan warganya tak menyangka, pengerjaan proyek oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang ditunjuk sebagai pelaksana, jauh dari bestek dan hasil keputusan rapat. Dia juga mempertanyakan tentang barau di bagian bibir jalan yang persis berada di atas parit. “Dalam bestek sangat jelas kalau di bibir jalan itu ada dibuatkan batu kali yang diperuntukkan sebagai penahan badan jalan agar tidak hancur dan jatuh ke parit tersebut,” kata Hendi didampingi warganya Muki, Apin, Naukri, Nabidin, dan Hamid.
Selain barau atau batu kali yang seharusnya dibuatkan di bibir jalan, dia juga menyayangkan langkah pengerjaan yang dinilai kurang baik. “Bayangkan saja pihak pengawas proyek yang seharusnya bertindak sebagai pengawas sama sekali tidak ada ke lapangan,” sesal Hendi dibenarkan warganya. Meskipun dalam pengerjaan proyek warganya tidak dilibatkan sesuai dengan hasil rapat di tingkat kelurahan dia sama sekali tak marah. “Yang penting pembangunannya bagus. Saya selaku RT dianggap warga telah menerima uang dari proyek ini, dan saya terus terang diteror oleh warga saya sendiri. Hari ini kepada rekan-rekan wartawan saya mohon hal ini dicatat, kalau saya tidak pernah menerima uang dari proyek ini seperti yang disangkakan masyarakat kepada saya,” tegasnya panjang lebar.
Ia mengaku kalau sebelum pengerjaan jalan tersebut pihaknya memang beberapa kali diundang kelurahan untuk rapat. “Waktu beberapa kali memang ada rapat yang menghadirkan PU, Konsultan, NUSSP dan BKM, namun tak satu pun yang diambil dan disetujui dalam rapat dikerjakan,” jelasnya.
Bahkan kata Hendi, dirinya pernah menanyakan kepada Lurah Siantan Tengah, tentang keterlibatannya di proyek tersebut. “Namun Pak Lurah waktu itu menjawab tidak tahu-menahu tentang proyek NUSSP ini,” aku Hendi polos dan mengancam akan membawa persoalan itu ke DPRD. (lil)

Banjir

Air Pasang Hantam Puluhan Rumah
Pontianak, Equator
Banjir musiman yang diakibatkan pasang laut kembali menggenangi rumah-rumah penduduk di pinggiran sungai. Tiga hari belakangan, puluhan rumah di wilayah Pontianak Utara digenangi air.
Selasa (25/12) kemarin, warga Jalan SMA 5 Siantan harap-harap cemas. Pasalnya, air pasang dengan tiba-tiba menggenangi kediaman warga. “Kami awalnya tak percaya kalau air akan datang secara tiba-tiba, karena air pasang kali ini berbeda dengan air pasang sebelumnya,” kata Eva ibu rumah tangga sambil mengemaskan barang-barang miliknya subuh itu. Air pasang yang masuk ke dalam rumah mengejutkan warga, apalagi suara panik warga menambah suasana mencekam. “Saya baru terbangun setelah tetangga sebelah rumah saya ribut,” ujarnya.
Dalam situasi seperti itu, Eva melihat air menggenangi lantai rumahnya. “Begitu saya bangun semuanya sudah terendam air, termasuk karpet dan kasur yang ada di ruang keluarga,” ucapnya.
Keluarga Agus Salim lain lagi. Ia memang sudah menduga terjangan air pasang akan datang saat subuh hari. Karena itu sudah terlebih dahulu mengemaskan barang-barang miliknya. “Banjir yang diakibatkan air pasang antara bulan November dan Desember jadi selama bulan ini kami memang sudah mengantisipasi,” jelasnya.
Sementara puluhan warga lainnya juga tampak mengemaskan barang-barang perabot rumah tangga mereka. Sementara ketinggian air diperkirakan mencapai ketinggian setengah meter.
Namun akibat genangan air pasang itu tidak ada korban jiwa. Warga sekitar berharap kepada Pemkot agar banjir musiman ini bisa dicarikan jalan keluar, sehingga banjir serupa tidak kembali terjadi. (lil)

Jumat, 14 Desember 2007

Masih Persoalan Jalan

Pembangunan Jalan Tritura Libatkan Warga
Pontianak, Equator

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Tanjung Hilir, Pontianak Timur, Samidin, Kamis (13/12) siang kemarin menegaskan, organisasinya sudah mensosialisasikan pengerjaan proyek pembangunan Jalan Tritura. LPM juga melibatkan warga sekitar dalam pengerjaan proyek tersebut.
“Hanya saja karena sistemnya rolling maka kami sebagai bagian dari masyarakat tak bisa berbuat apa-apa. Seiring dengan pekerjaan yang semakin memasuki jalan raya tersebut akan melibatkan masyarakat yang bermukim di bagian itu. Sementara masyarakat yang di belakang tadi sudah kita berhentikan karena wilayahnya sudah selesai dikerjakan,” jelas Samidin panjang lebar.
Meskipun dirinya tak memiliki kepentingan apa pun dalam proyek itu, ia mengajak segenap masyarakat mengawasi pengerjaan proyek yang sedang berjalan. “Mari kita awasi bersama. Jika ada persoalan segera laporkan ke pihak RT setempat agar dia yang kemudian yang menyampaikan kepada kontraktor,” ajaknya.
Proyek Jalan Tritura tersebut diakui Samidin sudah lima kali dikerjakan hanya saja sempat terhenti. Hal ini dimungkinkan karena sumber pendanaan yang kurang memadai. “Sebenarnya proyek ini proyek bersambung setidaknya sudah lima kali dikerjakan dengan kontraktor yang berbeda,” tukasnya.
Ia tidak menafikan kalau saat ini dirinya bersama pengurus yang lain hanya memberi tahu kepada tokoh masyarakat dan agama. “Karena ini untuk pembangunan dan kebaikan kami bersama, dulu kami mensosialisasikan kepada masyarakat. Namun kali ini kami hanya kepada tokoh dan sesepuh yang ada di sini,” katanya.
Disinggung masalah gorong-gorong yang selama ini diminta masyarakat, lagi-lagi dirinya atas nama LPM sudah menyampaikan keluhan masyarakat tersebut kepada pihak pelaksana. Namun hingga saat ini kata Samidin pihak pelaksana belum menyanggupi. “Kami sudah menyampaikan keluhan ini kepada pihak pelaksana,” jelasnya.
Baik Samidin maupun pengurus LPM yang lain menghendaki kalau pekerjaan yang sebentar lagi akan selesai itu bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar selaku masyarakat yang langsung menikmati. “Mudah-mudahan dengan adanya pembangunan ini mampu memberikan kenyamanan bagi kita selaku masyarakat,” harapnya. (lil)

Proyek Jalan

Pembangunan Jalan Tritura Mesti Transparan
Pontianak, Equator

Pelaksanaan lanjutan proyek pembangunan Jalan Tritura, Pontianak Timur diharapkan jangan sampai menimbulkan masalah. Baik bagi kontraktor selaku pelaksana maupun masyarakat sebagai warga yang ikut mengawasi.
Ketua RW 1 Kelurahan Tanjung Hilir, Pontianak Timur Daeng Arsyad di kediamannya, Rabu (12/12) pagi kemarin mengatakan, selain dampak dari pengerjaan proyek itu pihaknya juga menginginkan agar dalam pekerjaan itu tidak menimbulkan masalah seperti proyek-proyek lainnya. Pihaknya selaku sesepuh masyarakat menginginkan kepada pihak pelaksana untuk memasang plang proyek yang dianggap penting. “Jangan sampai pembangunan jalan yang selama ini kita idam-idamkan justru menimbulkan masalah,” ujarnya Daeng didampingi dua tokoh masyarakat Abdul Madjid dan Munijar.
Daeng menginginkan agar dalam pelaksanaan proyek yang mulai berjalan itu ikut melibatkan masyarakat setempat. “Jangan sampai masyarakat setempat tidak dilibatkan, kalau ini terjadi biasanya akan menimbulkan masalah,” katanya. Dia sendiri beserta tokoh masyarakat yang lain pada dasarnya sangat mendukung dengan proyek lanjutan Jalan Tritura tersebut. Hanya saja hingga saat ini, pihaknya belum ada dihubungi pihak pelaksana.
“Biasanya yang tahu persis tentang masalah di lapangan adalah masyarakat, seharusnya akan lebih baik jika arus kerja sama antara masyarakat dan pihak pelaksana dibangun,” ujarnya.
Sementara, tokoh masyarakat setempat, Abdul Madjid menginginkan pihak pelaksana menggunakan jalur komunikasi. Hal ini biasanya akan membantu pelaksana di lapangan.
Ia juga berharap jangan sampai pekerjaan jalan tersebut terkesan pemborosan anggaran atau tidak tepat sasaran. “Karena di bagian tepi sepanjang jalan ini yang saya tahu perlu dibuatkan gorong-gorong untuk menghindari terjadinya banjir,” jelasnya.
Selain kepada masyarakat dia menginginkan agar koordinasi dengan pihak RW terus berjalan. “Karena RW sebagai penguasa wilayah jauh lebih tahu tentang kondisi di lapangan,” kata Madjid. (lil)

Senin, 10 Desember 2007

Pengrusakan

Dua Lokal Gedung SDN 20 Dirusak Massa
*Diduga Persoalan Lahan
Wajok Hilir, Equator
Dua lokal bangunan SDN 20 di Jalan Raya Wajok Hilir, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak yang sekitar 3 bulan baru rampung dikerjakan, Minggu (9/10) sekitar pukul 08.00 dirusak warga. Akibatnya, dua lokal mengalami kerusakan yang sangat parah.
Pada dinding bangunan hanya tinggal semen yang masih bergelantungan pada kawat, sementara pada dek bangunan hancur. Dinding dan kaca berderai. Sementara kondisi kursi dan meja yang ada di dalam kelas tak ada satu pun yang utuh.
Semuanya hancur.
Informasi yang berhasil dihimpun Equator di lapangan menyebutkan, amukan massa itu tak lain disebabkan karena bangunan sekolah yang sudah tidak ramah lingkungan. Selain itu, sekolah tersebut didirikan di tanah wakaf miilik perkumpulan Fardu Kifayah. Tanah tersebut sebelumnya dibeli dari almarhum Muhammad Amin. “Siapa yang tak setuju dengan pembangunan sekolah ini. Kami tahu kalau ini ibadah. Namun jangan sampai pembangunan ini justru menimbulkan masalah,” jelas salahseorang dari kerumunan warga.
Menurut Bendahara perkumpulan Fardu Kifayah, Abdul Murad Wahid, dirinya sangat menyayangkan sikap sekolah yang acuh tak acuh dalam melihat persoalan ini. “Sebenarnya jauh-jauh hari sebelum sekolah ini dibangun kami sudah mencoba membicarakan dengan kepala sekolah. Namun kepala sekolah bilang tidak tahu-menahu,” jelas Murad singkat.
Murad menambahkan, warga juga sudah melarang agar sekolah jangan dibangun dengan model berkeliling. “Kami juga bahkan pernah mendatangi Kadis Pendidikan agar masalah ini cepat diselesaikan. Tetapi waktu itu dia hanya bilang akan segera menyelesaikan,” tegas Murad sembari menegaskan pembangunan sekolah tersebut juga tak pernah disosialisasikan.
Terpisah, salahseorang guru SDN 20, Nuraini mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. “Saya hanya dewan pengajar biasa, layaknya guru-guru yang lain,” ujar guru yang mengampu pelajaran Penjaskes ini.
Lebih lanjut ibu yang sudah beruban ini mengaku, dua lokal bangunan baru itu rencananya akan ditempati awal Januari mendatang yang diperuntukkan siswa Kelas VI A dan B. “Tapi saya tak bisa berbuat apa-apa apalagi sampai mencegah puluhan massa yang merusak,” ujarnya meneteskan air mata. Hingga berita ini diturunkan belum ada konfirmasi dari kepala sekolah SDN 20 Wajok Hilir. (lil)

Pembunuhan & Perkosaan

Abang Perkosa dan Bunuh Adik Ipar
*Mayat Disimpan di Loteng, Ditutupi Kardus
Pontianak, Equator
Suasana haru menyelimuti kediaman Busrah, di Jalan Raya Desa Sungai Nipah, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak tepatnya di Kilometer 23. Sabtu (8/12) pagi kemarin, rumah kecil miliknya dipenuhi pelayat yang menunggu kedatangan jenazah putrinya bernama Sri Mulinda, 8, yang tewas dibunuh abang iparnya sendiri berinisial, Sub, 23.
Tepatnya pukul 11.00 siang kemarin, jenazah Linda—sapaan akrab almarhumah Sri Mulinda tiba di rumah duka, setelah sebelumnya divisum di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar. Jenazah dibawa dengan menggunakan ambulance.
Kedatangan jenazah disambut isak tangis keluarga, kerabat dan tetangganya. Bahkan kakak korban sangat histeris melihat adiknya yang sudah terbujur kaku. Pelayat yang sudah lama menunggu langsung berhamburan masuk melihat kondisi jenazah.
Informasi yang dikumpulkan Equator di lapangan menyebutkan, almarhumah Linda baru duduk di kelas 1 SD. Ia tewas setelah dicekik. Tragisnya lagi, Sub yang masih kakak iparnya tersebut sebelum menghabisi nyawa Linda ternyata terlebih dahulu melakukan perkosaan. “Sungguh keterlaluan, binatang pun tak pernah sekejam ini,” celetuk seorang warga dari kerumunan pelayat.
Istri Sub yang juga kakak kandung Linda, Suryati, 21, ditemui koran ini di RS Polda Kalbar mengatakan, awal kejadian bermula Jumat (7/12) pagi hari. Ia bertengkar dengan suaminya. Karena tidak tahan sering diperlakukan kasar, sekitar pukul 11.00, Suryati memilih keluar dari rumah dan pergi ke rumah RT untuk melaporkan pertengkaran tersebut. Saat Suryati pergi, Linda berada di rumah tersebut bersama Sub.
Usai Salat Jumat, bersama RT dan ayahnya, Suryati kembali ke rumah untuk menyelesaikan persoalan dengan Sub.
Setibanya di rumah, mereka tidak melihat Linda. Ketika ditanya, Sub mengatakan kalau Linda pergi ke rumah temannya. Namun saat itu mereka telah curiga terjadi sesuatu pada Linda.
Setelah mencari ke sana-kemari, Linda tak kunjung ditemui. Akhirnya persoalan tersebut dilaporkan ke polisi. Berbekal informasi awal, polisi melakukan pengembangan. Oleh keluarga juga, Sub terus didesak. Akhirnya sub mengaku kalau adik iparnya telah dibunuh dan disimpan di dek rumah.
Saat itu, polisi bersama keluarga langsung mencari di tempat yang ditunjukkan Sub. Ternyata benar kalau jenazah Linda berada di tempat tersebut. Jenazah berhasil ditemukan pada pukul 20.00 malam.
Menurut Suryati, rumah tangga mereka sudah lama tidak akur. Bahkan mereka telah delapan bulan pisah ranjang alias cerai. Mereka kemudian rujuk kembali. Saat itu Sub mengancam akan bunuh diri dengan meminum racun jika istrinya tidak mau menerimanya kembali. Akhirnya keinginan Sub dikabulkan Suryati.
Namun dalam perjalanannya, Sub masih saja melakukan kekerasan terhadap istrinya sehingga membuat Suryati tidak tahan dan sering lari mengadu kepada orangtuanya yang tinggal tak jauh dari rumah mereka.
Pernah suatu hari Sub ‘menculik’ istrinya dan dibawa ke laut selama empat hari. Saat itu kepergian mereka diantar oleh orang tua. Sub dan Suryati dengan menggunakan kapal motor dan berlayar di laut. Alasan sub saat itu hendak menyelesaikan masalah. Namun setelah selesai, pertengkaran selalu berulang.
Ibu kandung korban, Asnani mengatakan, saat pembunuhan terjadi dirinya lagi di sawah. Selama di sawah dia sama sekali tak merasakan apa-apa, termasuk punya firasat yang kurang baik akan tragedi yang menimpa putrinya tersebut. Namun tak lama di sawah tiba-tiba ada yang menyusulnya dan mengatakan Linda hilang. Mendengar itu, Asnani langsung pulang.
“Kami beserta keluarga yang lain kebingungan mencarinya,” jelasnya yang tampak meratapi kepergian putrinya tersebut. Tak kunjung diketemukan akhirnya Suryati, 21, istri Sub yang pagi harinya bertengkar dengannya, kemudian melaporkan Sub yang telah melakukan KDRT kepadanya.
Di Polsek Siantan Suryati juga melaporkan kalau adiknya yang bernama Linda juga ikut hilang. Bermodal laporan Suryati, pihak kepolisian langsung mencari Sub. Namun sayangnya tersangka berhasil lari. Kerja keras kepolisian membuahkan hasil, Sub berhasil ditangkap pihak kepolisian di perjalanan ketika hendak melarikan diri ke daerah Sungai Ambawang. Sub kemudian mengaku telah membunuh Linda.
Menurut Romi, saksi mata sekaligus kerabatnya yang pertama kali menemukan jasad korban, jenazah Linda disembunyikan Sub di atas dek rumah dan ditutupi kardus. “Sub baru mengaku setelah pihak kepolisian menangkap dan memeriksanya,” ujar Romi.
Sementara berdasarkan hasil visum kata Romi, sebelum Linda di bunuh korban juga telah diperkosa Sub. “Hasil visum menyebutkan kalau dia telah diperkosa,” jelasnya.
Kapolsek Siantan AKP Antonius Triwibowo mengatakan, laporan awalnya hanya KDRT yang dilakukan Sub kepada istrinya, Suryati. Namun pada saat membuat laporan KDRT dia juga melaporkan kalau adiknya juga ikut hilang dari pagi kemarin. “Dari itulah kami cepat turun dan menangkap pelaku,” jelasnya singkat. (lil)

Bocah 6 Tahun Tewas Tenggelam di Parit

Bocah 6 Tahun Tewas Tenggelam di Parit
Pontianak, Equator
Suasana Jalan Selat Madura, Kelurahan Siantan Tengah, Pontianak Utara mendadak ramai, itu setelah mayat Deviani, cewek berumur enam tahun ditemukan warga di Parit Wan Salim Siantan, Jumat (7/12) sekitar pukul 11.00 siang kemarin.
Tewasnya Deviani diduga akibat terpeleset saat hendak ke warung dan bermain yang tak jauh dari rumahnya. Ayah kandung korban, Azis, 37, mengaku, sekitar pukul 07.00 hingga 08.00 korban sempat kelihatan sedang bermain di depan rumahnya.
Entah kenapa anak yang biasanya bermain ke rumah sang kakek tersebut mendadak hilang tanpa bekas. Mengetahui Deviana tak berada di rumah sang kakek, keluarga pun panik. Bersama istri dan anaknya yang lain Azis kemudian mencari Deviani ke rumah tetangganya. “Saya beberapa kali mencoba mencari ke warung dan rumah tetangga serta rumah kawan-kawannya bermain,” jelasnya di rumah duka di Jalan Selat Madura.
Tak kunjung diketemukan, akhirnya Azis mulai menyisir parit Wansalim yang tak jauh dari rumahnya. Bagai disambar petir di siang bolong, Azis menemukan putrinya yang mengapung di Partit Wansalim tersebut. “Saya menemukan dia parit,” jelas dia meneteskan air mata.
Kendati sedih Azis terlihat lebih tegar ketimbang istrinya. Dia memasrahkan semua kepada kuasa Ilahi. “Saya tahu kalau ini adalah musibah dan cobaan dari Allah SWT. Namun bagaimanapun kami sekeluarga tetap menyerahkan ini kepada kehendak Tuhan. Musibah ini juga telah dicatat sebelum almarhumah lahir,” katanya tegar.
Deviani anak terakhir dari empat bersaudara itu kata Azis merupakan anak yang periang dan manja. Buktinya, pagi hari sebelum akhirnya dia meninggal sempat meminta kepada ibunya untuk dimandikan. Tak hanya itu, kata Azis, almarhumah juga meminta untuk dipakaikan baju barunya untuk bermain.
“Padahal tak biasanya dia minta untuk dipakaikan baju baru. Tapi mungkin inilah salahsatu tanda kalau almarhumah akan pergi untuk selama-lamanya,” ujarnya lirih.
Hingga berita ini diturunkan, almarhumah Deviani telah dimakamkan pihak keluarga. (lil)