Tiga orang bersaudara dari keluarga miskin Rusni, 25, Mat Derun, 23 dan Jumiati, 19, warga Jalan Tritura, Gg H Ansari RT 03 RW 05 Kelurahan Tanjung Hilir, Pontianak Timur terkulai layu. Ketiganya menderita Acute Placid Paralysis (AFP-lumpuh layu).
Penyakit yang diderita ketiganya tidak menyerang secara bersamaan. Rusni, gadis sejak kecil hobi membaca ini terserang penyakit lumpuh layu sejak usianya kala itu 10 tahun. “Pada saat itu saya masih berumur 10 tahun persisnya kelas II SD,” cerita Rusni kepada Equator, kemarin.
Sementara Mat Derun adiknya Rusni, dia sudah 13 tahun terserang penyakit lumpuh layu. Sejak itulah hingga sekarang dia hanya bisa terbaring lemas pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Lain halnya dengan Jumiati, 19, dia baru terserang penyakit lumpuh layu sejak tanggal 3 Maret 2007. Meskipun pada saat itu Jumiati mengalami kecelakaan lalu lintas, namun dia sadar betul kalau kecelakaan yang dialaminya sama sekali tidak ada hubungannya dengan lumpuh layu yang dialaminya.
“Kaki saya tidak patah ataupun keseleo, yang parah di bagian kepala saya kok,” jelas Jumiati yang juga hanya bisa duduk dan menyandar.
Sebelum Jumiati mengalami lumpuh layu, dia sempat bekerja di Jakarta menjadi seorang pembantu rumah tangga. Tiga kali pulang ke Pontianak membuat dirinya banyak menyimpan dan menabung uang hasil jerih payahnya sebagai pembantu rumah tangga. “Dulu sewaktu saya bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta sering mengirimkan uang ke bapak yang ada di Pontianak. Uang itu saya pasrahkan kepada bapak untuk digunakan sehari-hari dalam menghidupi keluarga. Namun, uang itu bapak belikan tanah,” kisah Jumiati mengingat masa lalunya.
Setelah Jumiati jatuh sakit, tanah itu akhirnya dijual sang bapak untuk biaya pengobatan sang anak. “Beberapa kali saya diterapi dan diobati, namun tidak ada hasilnya. Hingga akhirnya uang tanah habis dan saya juga tidak sembuh-sembuh,” aku Jumiati yang sempat menamatkan SMP.
Keinginan sembuh tidak saja muncul dari wajah Jumiati, Rusni dan Mat Derun juga menginginkan kesembuhan itu. Tak heran jika pada saat berdialog bersama Ketua Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar Devie Tiomana ST ketiganya mengutarakan keinginannya untuk memiliki kursi roda.
“Saya ingin sekali memiliki kursi roda, namun lebih menginginkan sembuh,” ucap Mat Derun yang kakinya sudah tidak bisa diluruskan lagi.
Ketiganya sangat yakin kalau suatu saat dirinya akan sembuh dan berjalan seperti biasa. “Tidak ada yang tak mungkin jika Allah menginginkan,” kata Rusni optimis. Menanggapi hal tersebut Devie dalam waktu dekat akan mengusahakan kursi roda yang diinginkan ketiga penderita lumpuh layu ini. Devie yang juga sebagai Ketua Harian Lembaga Perlindungan Anak di Kalbar akan terus memperjuangkan apa yang menjadi hak anak. “Tidak hanya di bidang hukum dan namun sebagai penyambung lidah masyarakat itu sebagian tanggung jawab kami sebagai lembaga yang konsen menangani anak. Selain itu juga kami berupaya untuk mendekatkan diri terhadap pelayanan kesehatan bagi anak atau siapapun,” jelas Devie kepada sejumlah wartawan.
Lembaga yang dipimpinnya tidak hanya bergerak di bidang hukum akan tetapi di bidang sosial juga bergerak. “Bagaimana anak mendapatkan akses di bidang kesehatan dan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan gratis justru jauh dari anak,” ungkapnya panjang lebar.
Sementara menurut keterangan Fatimah, 40, ia mengatakan kalau penyakit yang dideritanya anaknya tergolong aneh. Jika ada faktor genetika (faktor keturunan, Red) kenapa tidak ada turunan dari orang tuanya. “Mungkin, memang sudah nasib kami,” ujar Fatimah yang kesehariannya bertugas hanya menjaga anak-anaknya. Selain ketiganya kata Fatimah, anak bungsungnya yang bernama Wahyuni, 10, tampaknya akan mengalami hal serupa seperti kedua kakak dan abangnya. “Meskipun dia masih bisa berjalan normal, di bagian lututnya juga sudah mengalami rasa nyeri. Jadi saking sakitnya dia sampai menangis merintih tidak tahan. Kami bersama bapaknya sudah berusaha membawanya berobat ke rumah sakit untuk mencegahnya,” jelas Fatimah diiyakan Wahyuni. (lil)
Senin, 13 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar