Minggu, 19 Oktober 2008

Menelusuri Kekayaan Taman Nasional Gunung Palung (Bagian – 3)

Perlu Kerja Keras dan Komitmen Bersama

Untuk membangun potensi Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) sebagai kawasan penelitian dan kawasan wisata perlu kerja keras dan komitmen bersama. Tak hanya menjaga keasrian flora dan fauna dari tangan-tangan jahil, tapi Pemda berkewajiban untuk menghilangkan citra negatif mengenai Gunung Palung yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Upaya untuk menghilangkan citra negatif itu telah dilakukan Pemerintah Kayong Utara. Bersama unsur Muspida, Bupati KKU, Hildy Hamid BE berhasil menembus daerah tersulit di TNGP. Lokasi TNGP sendiri sebenarnya bisa di tempuh dari dua jalur, yakni air dan darat. Untuk menempuh jalur air membutuhkan waktu lima hingga enam jam. Sementara untuk darat hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Diperkirakan satu hari satu malam baru sampai ke lokasi.

Menurut badan Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Balai Taman Nasional Gunung Palung, Hendra Gunawan SP, terhitung sejak 1985 TNGP merupakan lokasi penelitian. Pada tahun tersebut seorang peneliti berkebangsaan Amerika masuk ke lokasi TNGP. Berbekal kerja sama dari LIPI, warga Amerika bernama Dr Mark Leighton masuk dan melakukan penelitian di lokasi tersebut. Entah apa yang diperbuat di sana. Aktivitasnya berlanjut hingga pada tahun 2001.

“Karena tidak jelas tujuan dari peneliti itu serta tidak transparan, maka izin nelitiannya dicabut,” cerita Hendra.

Tak hanya badan Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Balai TNGP yang ingin mengembangkan lokasi itu. Komitmen serupa juga dikatakan Hildy Hamid. Menurutnya, pihaknya saat ini meski belum merancang rencana perbaikan akses ke lokasi TNGP, akan menjadikan TNGP menjadi ikon yang benar-benar dikenal dunia luar. “Saat ini yang perlu kami lakukan yakni menghilangkan citra negatif mengenai pelarangan masuk ke kawasan TNGP,” ujar Hildy.

Selain akses keluar masuk yang akan disulap, pihaknya juga berencana akan membangun camp untuk para peneliti baik lokal maupun asing. Para peneliti tidak perlu masuk ke lokasi TNGP dengan susah payah. “Insya Allah dalam waktu dekat Pemda sudah bisa memperbaiki akses keluar masuk lokasi TNGP dengan sedikit memperbaiki akses sarana keluar masuk lokasi,” ungkapnya.

Camp itu akan di desain dengan sangat sederhana dengan memberikan pelayanan yang standar kepada para peneliti. “Tapi kita akan membatasi masyarakat umum untuk keluar masuk lokasi, demi menjaga keasrian lingkungan TNGP,” katanya.

Hasil penelitian tersebut selain menjadi arsip pribadi peneliti, juga akan menjadi referensi pemerintah daerah setempat. “Selain itu peneliti juga wajib menyimpan hasil penelitian di camp di mana peneliti tinggal,” ungkapnya.

Kendati Pemda tidak bisa menjadikan TNGP sebagai salah satu sumber PAD, namun Hildy bertekad untuk tetap melestarikan lingkungan TNGP dari sergapan tangan-tangan jahil pembalak. Akses keluar masuk yang semakin baik akan mengancam sumber kekayaan alam yang ada di TNGP.

“Bagi masyarakat yang hendak tahu lokasi cukup sampai camp peneliti. Biar peneliti yang memberikan penjelasan dan bagi masyarakat yang ingin tahu lebih banyak bisa mempelajari hasil-hasil penelitian,” jelas Hildy. Selain untuk tempat tinggal para peneliti, camp itu juga akan difungsikan sebagai sarana belajar bagi masyarakat dan para pelajar yang selalu ingin tahu mengenai ekologi dan ekosistem yang ada di TNGP. (Kholil Yahya – Bersambung)

Tidak ada komentar: