Temuan terbaru, empat anak jadi korban setelah diberi vaksin BCG. Apa yang salah, vaksinya atau layanan medis?.
Hingga September 2008, Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar mencatat 10 kasus anak mengalami cacat fisik permanen disusul gizi buruk dan lumpuh layu. Kondisi tersebut setelah bayi mendapatkan vaksinasi Bacille Calmette Guerin (BCG).
“Ini aneh, seharusnya imunisasi bertujuan untuk menyehatkan anak-anak dan memberi kekebalan kepada anak dari segala penyakit. Tampaknya harus dikaji ulang apakah vaksinnya yang bermasalah atau standar pelayanan para medis yang harus diperbaiki,” ujar Direktur YNDN Kalbar,
Sepuluh anak itu antara lain Temu, M Rizki, Trimo Urip, Yau Sing, Fitri Octaviani, Ramadan, Adi, Andi Fitriandi dan dua lainnya Maulana dan Rizki telah meninggal dunia.
Peristiwa ini, kata Devie akan berdampak traumatis kepada ibu-ibu yang memiliki anak usia balita. “Ibu akan enggan melaksanakan vaksinasi, sebab ada ketakutan mengalami seperti beberapa kasus tersebut,” ujarnya.
Devie meminta kepada Dinas Kesehatan untuk bertanggung jawab terhadap persoalan ini. “Dinas kesehatan harus melakukan upaya preventif sebelum terjadi yang lebih besar lagi. Kami saat ini sedang memperjuangkan jaminan sosial hidup anak-anak yang mengalami cacat permanen. Mudah-mudahan saja tahun ini sudah bisa direalisasikan,” ungkapnya.
Temuan terbaru di Kelurahan Siantan Tengah, Pontianak Utara terdapat empat korban mengalami kondisi mengenaskan setelah divaksin BCG. Zulaiha, ibu dari Fitri, salah seorang korban menjelaskan anaknya cacat dan terserang gizi buruk sejak usia 40 hari. “Penyebabnya saya tidak tahu persis. Yang jelas waktu itu Fitri diimunisasi di Puskesmas Siantan Tengah, Pontianak Utara dan disuntik BCG. Usai disuntik mengalami panas yang diikuti kejang,” tutur Zulaiha kepada Equator, kemarin.
Bingung melihat kondisi anaknya itu, Zulaiha membawa Fitri ke Puskesmas untuk meminta pertanggungjawaban. Bukannya memberikan solusi, pihak Puskesmas malah memberikan selembar kertas rujukan ke rumah sakit dr Soedarso.
“Di Soedarso hanya dirawat beberapa hari karena tidak ada perkembangan, selanjutnya kami bersama keluarga memindahkan ke RSSA Antonius hingga beberapa hari,” jelasnya.
Di RSSA Antonius, Fitri sempat tidak sadarkan diri hingga beberapa hari. Kepala Fitri membesar dan dia tidak sadarkan diri. Kondisi Zulaiha saat ini hanya bisa terbaring lemas di kediamannya di Jalan Selat Sumba, Pontianak Utara. Fitri sampai sekarang masih tetap mengonsumsi obat saraf.
“Kalau dia tidak minum obat saraf, dia akan berteriak-teriak dan akan menyusahkan kami sekeluarga,” ungkap Zulaiha yang suaminya bekerja sebagai buruh lepas inin.
Hal sama dirasakan keluarga Bakar Said, 36 dan Maryati, 32. Anaknya, Ramadan, 12, mengalami cacat permanen diikuti gizi buruk. “Sehari sebelumnya disuntik vaksin BCG. Badannya panas, muntah-muntah dan buang air besar,” ungkap Maryati ibu korban yang bekerja sebagai tukang cuci.
Jika Fitri Ocatviani sakit dan mengalami cacat sejak usia 40 hari hingga usianya 11 tahun, Ramadan dari usia 6 bulan hingga usia 12 tahun. Tak hanya meninggalkan cerita pilu di keluarga Bakar dan Maryati, bahkan keluarga ini juga mengalami trauma berkepanjangan. Tak heran dua anaknya yang lain hingga kini tak pernah di imunisasi.
“Untuk apa di bawa ke Posyandu jika nantinya akan bernasib seperti Ramadan. Ini juga tidak di bawa anak saya baik-baik saja kok,” tukasnya menyesali peristiwa yang menimpa Ramadan.
Peristiwa sama dialami keluarga Safarudin dan keluarga Mahdah yang tinggal di Kelurahan Siantan Tengah, Pontianak Utara. Anak Safarudin bernama Adi, 3, mengalami panas dan kejang-kejang sejak diberi vaksinasi. Demikian halnya Andi Firman, 14, anak dari Mahdah, usai diberikan vaksinasi mengalami panas dan kejang-kejang hingga akhirnya lumpuh.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Puskesmas Siantan Tengah, dr Felicia Limantara mengatakan, pihaknya akan memperjelas mengenai kasus tersebut. Sampai sejauh ini belum mengetahui persis riwayat kasusnya. “Kita akan segera mencari tahu dan secepatnya turun dan mengunjungi rumah korban,” ungkapnya singkat. (lil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar